Hubungan antar negara-negara anggota NATO merenggang, terutama setelah percobaan kudeta di Turki pada 2016 dan operasi 'bersih-bersih' yang terjadi setelahnya.
Dalam operasi perburuan pendukung kudeta itu, beberapa warga Jerman atau yang memiliki kewarganegaraan ganda ditangkap. Operasi diperintahkan langsung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Jerman, rumah bagi tiga juta warga etnis Turki, tahun lalu menyarankan orang-orang dan turis domestik untuk menghindari Turki sebagai destinasi wisata. Hal ini terkait dengan mandeknya dialog keanggotaan Uni Eropa, dimana Turki berusaha keras untuk bergabung dengan blok tersebut.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, Ankara mengirimkan serangkaian sinyal untuk kembali berbaikan dengan Uni Eropa dan Jerman.
Bulan lalu, Erdogan mendeklarasikan bahwa Turki "harus mengurangi jumlah musuh dan menambah teman." Ia telah bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris pada Jumat.
Baca: Macron dan Erdogan akan Diskusikan Beragam Isu HAM
Agar lebih personal, Gabriel mengundang Cavusoglu untuk berdialog di rumahnya di Goslar, Sabtu 6 Januari 2018. Keduanya pernah bertemu pada November di rumah Cavusoglu di Antalya.
Setelah berdialog, seperti dikutip AFP, Gabriel berencana mengajak tamunya jalan-jalan menyaksikan keindahan Kota Tua Goslar, yang terletak dekat Brunswick di lereng Gunung Harz.
Cavusoglu pernah menyerukan diakhirinya "diplomasi pengeras suara" antara Turki dengan Jerman. Ia mendorong adanya "awal baru" hubungan kedua negara dengan berbasis persahabatan dan kerja sama.
Jerman juga mendorong perbaikan hubungan dengan Turki secara bertahap, dan dialog di Goslar akan meliputi beragam topik termasuk "isu-isu sulit."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News