Turki juga sempat melancarkan serangan untuk mengusir pasukan Kurdi dari Suriah bagian utara dan timur laut untuk menciptakan ‘zona aman’. Kawasan ini nantinya digunakan menampung pengungsi Suriah yang saat ini berjumlah hampir 3,5 juta orang.
Dilansir dari BBC, Rabu 23 Oktober 2019, usai kesepakatan itu diteken, Turki dan Suriah akan melakukan patroli bersama di perbatasan Suriah-Turki.
Patroli gabungan Rusia dan Turki di daerah-daerah di mana pasukan Turki tidak beroperasi juga akan dimulai pada hari Rabu. Rusia merupakan koalisi dari Presiden Suriah Bassar Al-Assad.
Turki menegaskan mereka tidak akan lagi meluncurkan kembali operasi militernya di mana beberapa hari ini telah ditunda karena gencatan senjata berkat mediasi Amerika Serikat.
Rusia dan Turki telah muncul sebagai pemain utama asing di konflik Suriah. Posisi Rusia pun makin menguat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menarik pasukannya dari utara Suriah.
Pengumuman Trump itu membuka jalan bagi Turki untuk melancarkan serangan yang dimulai pada 9 Oktober melawan milisi Kurdi Suriah, YPG. Selama ini, Turki menganggap milisi itu sebagai teroris yang terafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK).
Pekan lalu, pasukan Rusia sudah bergerak untuk menggantikan pasukan AS untuk memberikan dukungan kepada militer Suriah. Militer Suriah pun sudah dimintai bantuannya oleh pihak Kurdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News