Dalam pertemuan pertama mereka sejak pertempuran meletus sebulan lalu, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Presiden Armenia Serzh Sarkisian juga sepakat melanjutkan dialog damai pada Juni mendatang.
Perjanjian gencatan senjata kedua negara ini juga merupakan kemenangan diplomatik bagi Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang menjadi penengah. Kepala negara Azerbaijan dan Armenia dipanggil "Minsk Group" -- Moskow, Washington dan Paris -- setelah gencatan senjata di Nagorny Karabakh dilanggar untuk kali pertama dalam dua dekade terakhir.
Pertempuran terjadi di Nagorny Karabakh pada awal April, yang menewaskan sedikitnya 110 orang dan melukai puluhan lainnya.
Baca: Pertempuran Dahsyat Tewaskan 30 Tentara Armenia dan Azerbaijan
Setelah bertemu Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Menlu Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Urusan Eropa Prancis Harlem Desir, Aliyev dan Sarkisian mengeluarkan pernyataan gabungan.
"Mereka menegaskan kembali bahwa tidak akan ada solusi militer dari konflik tersebut," demikian tertulis dalam pernyataan gabungan, yang dirilis kepada awak media oleh delegasi Minsk Group.
"Kedua presiden menegaskan kembali komitmen mereka terhadap gencatan senjata," lanjutnya, seperti dilansir AFP, Senin (16/5/2016).

Tentara Armenia bersiaga di area konflik Nagorny Karabakh. Foto: AFP
Selain berjanji melanjutkan dialog damai pada Juni, Azerbaijan dan Armenia juga bersedia meningkatkan jumlah pengawas gencatan senjata dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE), yang saat ini hanya ada enam orang.
Rusia, Prancis dan AS menengahi dialog gencatan senjata Azerbaijan dan Armenia di Wina, Austria, satu hari sebelum digelarnya diskusi serupa untuk menyelesaikan krisis di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News