Kudeta Turki pada 15 Juli yang gagal (Foto: AFP)
Kudeta Turki pada 15 Juli yang gagal (Foto: AFP)

Masalah Baru Turki, Brain Drain

Sonya Michaella • 29 Agustus 2016 11:10
medcom.id, Ankara: Turki menghadapi masalah baru, yaitu brain drain. Banyak pemuda-pemudi Turki cenderung akan meninggalkan negara mereka, termasuk para akademisi.
 
Brain drain sendiri adalah peristiwa hengkangnya tenaga ahli, pemikir, intelektual potensial ke negara lain yang pada umumnya lebih maju dibanding negara asalnya. 
 
Atas alasan minimnya kesempatan berkarya dan memberdayakan diri di negara sendiri, mereka hijrah ke negara yang memberikan kemungkinan lebih untuk mengembangkan diri dan mengembangkan ilmu yang dimilikinya.

Seperti dilansir Bussiness Insider, Senin (29/8/2016), sejak Turki gagal kudeta pada 15 Juli lalu, Pemerintah Turki telah menutup lebih dari 100 stasiun radio dan televisi, surat kabar, majalah, penerbit dan perusahaan distribusi.
 
Pemerintah juga telah mengeluarkan setidaknya 88 surat perintah penangkapan bagi para jurnalis, pekerja media dan pemegang saham. Sekitar 89 wartawan ditangkap dan 37 di antaranya dipenjara.
 
Masalah Baru Turki, <i>Brain Drain</i>
Fethullah Gulen
 
Peningkatan jumlah korban pembersihan itu sangat luas yaitu 76597 pekerja publik ditangguhkan dan 4.897 dipecat, sementara 18.756 ditahan dan 10.192 ditangkap.
 
Di antara mereka adalah staf akademik. Selain itu, sebanyak 4.225 diusir dari universitas tempat mereka bekerja. Kolaborasi ilmiah internasional dan hubungan pun berakhir. Sejumlah konferensi yang akan dihelat di Turki dibatalkan dan program-progam seperti dana penelitian pun ditangguhkan.
 
The Scholars Rescue Fund, sebuah organisasi pendanaan dan amal membantu para akademisi untuk 'melarikan diri' dari Turki. Baru-baru ini dilaporkan, brain drain yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi gagasan baru di Turki.
 
Hal ini pun disebabkan, salah satunya adalah penutupan 15 universitas oleh Pemerintah Turki. Pemerintah dituduh menghambat lembaga akademik untuk berkembang.
 
Dampak dari pembersihan Turki ini tentu akan berimbas ke negara-negara di Eropa. Eropa sendiri khawatir tentang 'migrasi' dari anak-anak muda Turki tersebut. Ada potensi bahwa para pencari suaka dari Turki akan menambah banyak pengungsi yang mencari keamanan di Eropa.
 
Disinyalir, Turki akan kehilangan apa yang disebut generasi terbaik dan terlatihnya.
 
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan bersikeras bahwa Fethullah Gulen adalah dalang dibalik kudeta sebulan yang lalu tersebut.
 
Masalah Baru Turki, <i>Brain Drain</i>
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
 
Fethullah Gulen adalah seorang ulama Turki yang mengasingkan diri ke Amerika Serikat. Ia juga mempunyai yayasan beasiswa untuk para pelajar menimba ilmu di Turki.
 
Namun, karena tuduhan Erdogan tersebut, penerima beasiswa Gulen pun ikut terseret, seperti dua mahasiswi Indonesia yang sempat ditangkap di Turki karena dituduh bergabung dengan kelompok Gulen.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAH)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan