Baca juga: Parlemen Ambil Kendali Brexit dari PM Theresa May.
Pada Rabu 27 Maret menawarkan untuk mengundurkan diri dalam upaya terakhir agar parlemen mendukung perjanjian Brexitnya, karena para anggota parlemen gagal dalam upaya mereka sendiri untuk memecahkan kebuntuan yang telah menjerumuskan Inggris ke dalam krisis.
Tawaran itu datang hanya beberapa jam sebelum House of Commons mengambil bagian dalam serangkaian suara yang belum pernah terjadi sebelumnya dimaksudkan untuk mencari rencana alternatif. Tetapi pada akhirnya hanya menyoroti perpecahan di antara anggota parlemen.
Tidak satu pun dari delapan proposal yang diajukan mendapat mayoritas, hasil yang dikatakan Menteri Brexit Steve Barclay "memperkuat pandangan kami bahwa kesepakatan yang dinegosiasikan oleh pemerintah adalah pilihan terbaik".
Anggota parlemen telah dua kali menolak kesepakatan Brexit dari PM May, keduanya oleh penguasa mayoritas di parlemen. Tetapi May masih berusaha meyakinkan mereka dan pada Rabu mengajukan tawaran terakhirnya.
"Saya tahu ada keinginan untuk pendekatan baru dan kepemimpinan baru dalam fase kedua negosiasi Brexit dan saya tidak akan menghalangi itu," katanya dalam pertemuan penuh dengan anggota parlemen Konservatifnya.
"Tapi kita perlu menyelesaikan kesepakatan dan memberikan Brexit. Aku siap untuk meninggalkan pekerjaan ini lebih awal dari yang aku maksudkan untuk melakukan apa yang benar untuk negara kita dan partai kita,” tutur PM May, seperti dikutip AFP, Kamis, 28 Maret 2019.
May menyetujui kesepakatan dengan Uni Eropa pekan lalu untuk menunda Brexit. Hal itu muncul di tengah kekhawatiran tidak ada kesepakatan mengeni Brexit yang berpotensi bencana politik pada Jumat.
Jika kesepakatannya disahkan oleh anggota parlemen minggu ini, Brexit akan resmi berlaku pada 22 Mei. Tetapi jika tidak, PM May harus kembali ke Brussels sebelum 12 April untuk menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News