Dalam pertemuan para menteri dalam negeri Uni Eropa di Luxembourg, mereka menyebut bahwa rute dari Turki menuju Yunani sekali lagi telah menjadi jalur utama bagi para pencari suaka yang ingin mencapai Eropa.
Jika invasi Turki ke Suriah memburuk, dikhawatirkan jalur tersebut akan semakin dipenuhi imigran dan pencari suaka.
"Untuk Yunani, lonjakan arus pengungsi sejak Mei hingga saat ini mencapai 240 persen. Anda dapat bayangkan sebesar apa skalanya," tutur pelaksana tugas Menteri Imigrasi Yunani, Giorgios Koumoutsakos, dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 9 Oktober 2019.
Yunani, Bulgaria, dan Siprus menyampaikan pernyataan bersama agar semua negara anggota UE memerhatikan rute Mediterania timur terkait invasi Suriah.
"Faktor-faktor geopolitik, termasuk konflik di wilayah yang lebih luas khususnya di Suriah, mengindikasikan bahwa kemungkinan tren keimigrasian muncul kembali," imbuh dia.
Sementara itu, Turki mengatakan operasi militer mereka ke Suriah utara dilakukan untuk menggempur pasukan Kurdi, yang dianggap Ankara sebagai teroris. Rencana invasi Turki ke Suriah ini tidak didukung Amerika Serikat, namun Washington juga tidak melarangnya.
Erdogan telah beberapa kali mengancam akan menyerang pasukan dan militan Kurdi di Suriah utara. Ankara menganggap pasukan Kurdi YPG merupakan perpanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdi (PKK), kelompok yang telah melancarkan pemberontakan di Turki selama bertahun-tahun.
Erdogan telah memperingatkan semua pihak bahwa operasi militer Turki ke Suriah dapat terjadi sewaktu-waktu "tanpa peringatan terlebih dahulu."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News