Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno diminta khusus menyampaikan perkembangan perekonomian Indonesia. (Foto: Dok. KBRI Berlin).
Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno diminta khusus menyampaikan perkembangan perekonomian Indonesia. (Foto: Dok. KBRI Berlin).

Wejangan Ekonomi Indonesia untuk Pengusaha Jerman

Fajar Nugraha • 28 Februari 2019 06:55
Dusseldorf: Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno diminta khusus menyampaikan perkembangan perekonomian Indonesia. Paparan disampaikan oleh Dubes Havas pada sesi ‘Ambassador Talk’, di pertemuan Asia Business Insight di Düsseldorf, Jerman, Selasa 26 Februari 2019.
 
Lebih dari 300 pengusaha dari berbagai negara hadir pada forum bisnis ini. Berbagai isu ekonomi turut menjadi bahasan dalam forum tersebut.
 
Perang dagang AS-Tiongkok yang terus berlarut menjadi salah satu bahasan utama Asia Business Insight 2019. Dubes Havas meyakinkan bahwa di tengah kondisi ekonomi global yang kurang sehat sebagai dampak perang dagang ini, ekonomi Indonesia masih stabil serta peluang bisnis yang makin kompetitif.

“Pertumbuhan ekonomi kita berada di angka 5,17 persen. Utang luar negeri masih sehat, yaitu sekitar 26 persen dari PDB. Tingkat pengangguran bisa diturunkan sampai 5,13 persen. Begitu pula angka kemiskinan terus menurun hingga 9,6 persen di tahun 2018”, papar Dubes Havas, dalam keterangan tertulis KBRI Berlin yang diterima Medcom.id, Kamis 28 Februari 2019.
 
Selain itu, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga muncul sebagai kekuatan baru. Pada akhir 2018 nilainya mencapai sekitar USD27 miliar. Nilai ini meningkat sekitar 49 persen bila dibandingkan tahun 2015.
 
“Empat unicorn kita masuk dalam 10 besar unicorn Asia, dengan total valuasi mencapai sekitar USD20 miliar. Bahkan GoJek Indonesia menduduki peringkat pertama Unicorn terbesar di Asia Tenggara dan peringkat ke-20 dunia”, jelas Dubes Havas.
 
Banyak lagi capaian ekonomi Indonesia yang patut dicatat. Seperti Fintek Indonesia yang terus bertambah. Saat ini jumlahnya tercatat sekitar 160, yang di tahun 2016 jumlahnya baru sekitar 50. Di samping itu, Indonesia juga menjadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan Green Sukuk (obligasi berbasis syariah) dengan menggunakan mata uang US Dollar.
 
Acara Asia Business Insight yang berlangsung di Hotel Hyatt Regency Dusseldorf ini diselenggarakan oleh HSBC dan Handelsblatt. Acara ini merupakan forum bisnis tahunan yang membahas perkembangan hubungan ekonomi  Asia- Jerman. Meskipun  begitu, acara ini tidak hanya diminati oleh pengusaha besar dari Jerman, tetapi juga dari negara lainnya seperti Inggris, Tiongkok, India, Amerika dan Australia. Forum bisnis ini memiliki magnet tersendiri karena membahas isu-isu yang bersifat praktis seperti ekonomi digital, mobile payment software, serta kebijakan-kebijakan di balik kondisi politik ekonomi terkini.
 
Asia Business Insight 2019 menghadirkan 26 pembicara dari kalangan pelaku usaha, media, perbankan, serta pakar teknologi ekonomi digital. Dubes Oegroseno adalah satu-satunya pembicara dari kalangan pemerintah. Sementara Indonesia adalah satu-satunya negara yang diberikan sesi khusus untuk mempresentasikan perkembangan ekonominya.
 
Kepala Divisi Luar Negeri Handelsblatt secara khusus menanyakan tentang perjanjian FTA Indonesia termasuk mengenai perkembangan perundingan IU-CEPA dan RCEP. Sementara dari peserta, pertanyaan tentang berbagai isu muncul. Mulai dari masalah pembangunan infrastruktur, kondisi Jakarta, bahkan sampai masalah Pemilu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan