Berbicara kepada Radio 24, Jumat 15 Maret 2019, Tajani mengatakan Mussolini telah berjasa meningkatkan infrastruktur di negaranya sendiri. Namun Mussolini, lanjut Tajani, kemudian "mendeklarasikan perang terhadap seluruh dunia mengikuti (Adolf) Hitler" dan "mempromosikan aturan rasis" terhadap Yahudi."
"Orang-orang seharusnya bisa bersikap objektif terhadap warisan Mussolini," ujar Tajani dalam program ternama La Zanzara, seperti dilansir dari laman Independent.
"Saya bukan seorang fasis. Saya tidak pernah menjadi fasis, dan tidak sepaham dengan pandangan politiknya. Tapi kita harus jujur, bahwa dia telah membangun jalan, jembatan, bangunan. Dia membangun banyak wilayah di Italia," ungkap Tajani.
Pernyataan Tajani yang dilontarkan pada Rabu malam lalu langsung memicu gelombang politik dari Parlemen Eropa. Udo Bullman, pemimpin grup sosialis, menyebut komentar Tajani "sangat tidak masuk akal."
"Bagaimana bisa seorang presiden Parlemen Eropa tidak paham mengenai inti dari fasisme? Kita semua membutuhkan klarifikasi lebih lanjut," tegas Bullman.
Juru bicara untuk grup sayap kiri di Parlemen Eropa mendesak Tajani untuk "segera mengundurkan diri." "Parlemen ini tidak dapat diwakili oleh seorang presiden yang memberikan toleransi terhadap inisiator fasis," ujarnya.
Tajani merespons gelombang kritik via Twitter. Pria dari partai konservatif Forza Italia itu mengatakan sejumlah orang sengaja "memanipulasi" pernyataan yang telah dibuatnya mengenai fasisme.
"Selama ini saya yakin saya adalah tokoh anti-fasis. Saya tidak akan membiarkan orang-orang berpandangan lain," sebut Tajani.
"Kediktatoran fasis, aturan rasis dan kematian yang disebabkannya adalah lembaran kelam dalam sejarah Italia dan Eropa," lanjut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News