Meta mengatakan situasi politik terkini di Albania tidak memungkinkan untuk berlangsungnya pemilu yang adil.
Pengumuman pembatalan terjadi beberapa saat sebelum para demonstran, yang melemparkan bom asap dan petasan di luar gedung parlemen di Tirana, dibubarkan polisi yang menembakkan gas air mata.
Dikutip dari laman BBC, para pengunjuk rasa mendesak agar Perdana Menteri Albania Edi Rama mundur dari jabatannya. Sejumlah grup oposisi menuduh PM Rama melakukan kecurangan pemilu dan juga korupsi.
Selain meminta PM Rama mundur, demonstran juga menyerukan pemilihan umum nasional lebih awal dari jadwal semula. Mereka juga mendorong adanya pembentukan pemerintahan transisi di Albania.
Lulzim Basha, kepala oposisi dari Partai Demokratik, mendesak para pedemo untuk terus menggelar aksi protes hingga PM Rama mundur.
Berpidato di hadapan ribuan pendukungnya di Tirana, Basha menyebut pembatalan pemilu merupakan "hasil awal dari perjuangan melawan Edi Rama."
Berbeda dengan Presiden Meta, PM Rama justru mengatakan pemilu lokal Albania tidak akan dibatalkan. Sejumlah partai oposisi telah mendeklarasikan akan memboikot pemilu lokal, yang dijadwalkan berlangsung pada 30 Juni mendatang.
Komunitas internasional telah menyerukan partai-partai politik di Albania untuk menahan diri dari aksi kekerasan dan menyelesaikan masalah melalui dialog.
Banyak tokoh, termasuk Presiden Meta, mengatakan bahwa perpecahan di dunia politik Albania telah mengancam usaha negaranya dalam bergabung dengan Uni Eropa. Dalam sebuah pernyataan resmi, Presiden Meta meminta kubu oposisi untuk berunjuk rasa "dalam cara yang benar-benar damai."
Negara-negara UE akan melakukan pemungutan suara dalam beberapa pekan ke depan, untuk menentukan apakah akan membuka dialog atau tidak dengan Albania terkait upaya menjadi anggota baru.
UE mengkritik taktik kekerasan yang digunakan demonstran di Albania, dan sejauh ini mengakui legitimasi dari pemerintahan Presiden Meta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News