Polisi Inggris mencoba mencari korban lain dari pemerkosaan yang dilakukan Reynhard Sinaga. Foto: Metro.co.uk
Polisi Inggris mencoba mencari korban lain dari pemerkosaan yang dilakukan Reynhard Sinaga. Foto: Metro.co.uk

Polisi Cari Lebih Banyak Korban Pemerkosaan Reynhard Sinaga

Arpan Rahman • 07 Januari 2020 13:55
Manchester: Polisi mencari lebih banyak korban setelah seorang pria yang dijuluki pemerkosa dengan paling banyak korban di Inggris dipenjarakan. Dikhawatirkan korban akan terus bertambah.
 
Reynhard Sinaga meyakinkan banyak korbannya bahwa dia telah melakukan kebaikan kepada mereka dengan menawarkan mereka lantai untuk tidur menginap di apartemennya.
 
Dia menargetkan remaja putra kesepian yang mabuk karena minum alkohol setelah terpisah dari teman atau dalam perjalanan pulang. Dia kemudian mengundang mereka ke apartemennya di pusat kota Manchester di mana dia akan membius para korbannya sebelum memfilmkan dirinya sendiri sebagai seorang penyerang.

Polisi Greater Manchester telah menghubungkan Sinaga dengan lebih dari 190 calon korban secara total. Namun, mereka tidak dapat mengidentifikasi 70 dari mereka, dan telah meminta calon korban untuk maju.
 
Tak satu pun dari korbannya menyadari apa yang telah dilakukan atas mereka, dan tidak ada dari mereka yang ingin mengetahui detailnya sesudah mereka dihubungi oleh polisi. Dua orang berusaha bunuh diri akibat depresi berat.
 
Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel kini meminta peninjauan kembali mendesak apakah diperlukan kontrol yang lebih ketat untuk obat-obatan pemerkosaan seperti GHB.
 
Menteri asal Partai Konservatif itu mendesak Dewan Penasihat independen tentang Penyalahgunaan Narkoba untuk mempercepat peninjauan apakah kontrol saat ini cukup ketat.
 
Intervensinya datang menyusul hukuman dari pemerkosa berantai Reynhard Sinaga setidaknya 30 tahun penjara setelah ia dihukum karena pelanggaran terhadap 48 pria.
 
Diperkirakan dia mengasup minuman beralkohol dengan obat seperti Gamma-hydroxybutyrate (GHB), juga dikenal sebagai ekstasi cair. Depresan kuat tersebut adalah obat kelas C yang dilarang untuk dimiliki sendiri atau dijual -- kecuali di bawah izin Kemendagri Inggris.
 
Karena potensinya, obat itu telah menjadi alat untuk minuman dibubuhi alkohol dan telah dikaitkan dengan perkosaan dan kekerasan seksual lainnya.
 
“Reynhard Sinaga melakukan kejahatan yang benar-benar memuakkan dan benar bahwa ia telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,” ujar Patel.
 
"Saya menyampaikan simpati tulus saya kepada para korban dan rasa terima kasih saya kepada polisi dan jaksa yang menangani kasus ini dan menempatkannya di balik jeruji besi," lanjutnya.
 
"Saya sangat prihatin dengan penggunaan obat-obatan terlarang seperti GHB untuk melakukan kejahatan ini dan telah meminta Dewan Penasehat independen tentang Penyalahgunaan Narkoba untuk mempercepat tinjauan melihat apakah kontrol kami untuk obat-obatan ini cukup ketat," sambungnya, disitat dari Evening Standard, Selasa 7 Januari 2020.
 
GHB digunakan ala rekreasi untuk mengurangi kecanggungan, menghasilkan perasaan euforia, dan meningkatkan intensitas seks.
 
Tetapi risikonya tinggi, karena perbedaan antara jumlah yang akan mencapai efek yang diinginkan dan overdosis sangat kecil. Ini dapat menyebabkan ketidaksadaran, koma, dan kematian.
 
Tidak selalu memiliki rasa atau bau yang nyata, tetapi dapat terasa asin, dan sangat berbahaya bila dicampur dengan alkohol atau depresan dan obat penenang lainnya.
 
Saat menghukum Sinaga, Hakim Suzanne Goddard QC berkata: "Membeli obat-obatan seperti itu di pasar gelap dan memberikan dosis secara sembunyi-sembunyi kepada orang asing menciptakan risiko besar kerusakan serius karena ada selisih yang tipis antara mabuk, tidak sadar, dan kematian euforia.
 
"Memberikan obat-obatan semacam itu kepada pria yang minum alkohol dalam jumlah besar jelas berisiko karena obat-obatan seperti itu berpengaruh pada tingkat kesadaran. Itu adalah risiko yang siap Anda abaikan untuk memuaskan hasrat mesum Anda buat melakukan hubungan seks dengan pria heteroseksual yang tidak sadar dan merekam kegiatan Anda," cetusnya.
 
"Obat-obatan seperti itu dalam dosis yang memadai membuat korban tidak bisa melihat apa yang telah terjadi, tetapi juga dapat membawa risiko cedera serius atau kematian jika terjadi kesalahan," tukasnya.
 
Dia menambahkan bahwa ‘untungnya’ tidak ada korban yang menderita efek fisik serius yang panjang dari obat ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan