Sementara pasukan beserta tank baja milik Amerika Serikat (AS) melakukan latihan serupa di Polandia, negara yang juga dekat dengan Rusia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengonfirmasi NATO dan para sekutunya memang beberapa kali menggelar latihan dekat perbatasan. Hal ini diyakini hanya sebagai ajang unjuk kekuatan.
Selama ini, NATO berusaha memperkuat kehadirannya di Eropa karena kekhawatiran akan semakin agresifnya Rusia usai Krimea dianeksasi pada 2014.
"Kami akan merespons aktivitas NATO ini dalam kalkukasi kami, dalam kebijakan pertahanan kami," ungkap Dubes Galuzin di kediamannya di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2017).
"Kami juga akan mengambil langkah-langkah signifikan dalam mengatur keseimbangan militer di Eropa," sambung dia.
Menurut Dubes Galuzin, aktivitas NATO belakangan ini dilakukan atas dasar yang salah. Ia menyebut penilaian NATO bahwa Rusia adalah ancaman serius di Eropa sebagai suatu kesalahan besar.
Rusia, kata Dubes Galuzin, bukan ancaman nyata di Eropa. Ia menyarankan agar NATO menggunakan sumber dayanya untuk menghadapi ancaman nyata.
"Contohnya terorisme global. NATO seharusnya berkontribusi dalam perang melawan terorisme," sebut Dubes Galuzin.
Militer AS tetap berkomitmen terhadap NATO walau Presiden Donald Trump pernah menyebutnya sebagai organisasi usang. Namun belakangan sikapnya berubah, dan dalam diskusi dengan Angela Merkel, ia menyebut kehadiran NATO tetap diperlukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News