Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Foto: AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Foto: AFP)

Macron Sebut Melengserkan Assad Bukan Lagi Prioritas Prancis

Willy Haryono • 23 Juni 2017 20:10
medcom.id, Paris: Melengserkan Bashar al-Assad dari kursi kepresidenan Suriah bukan lagi prioritas bagi Prancis, tegas Presiden Emmanuel Macron, Kamis 22 Juni 2017. 
 
Presiden baru Prancis itu mengatakan memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS) haruslah menjadi tujuan nomor satu bagi komunitas internasional. 
 
"Perubahan nyata yang saya buat mengenai pertanyaan ini adalah, bahwa saya belum pernah berkata bahwa melengserkan Bashar al-Assad adalah sebuah prasyarat untuk semua hal," ungkap Macron dalam sebuah wawancara dengan beberapa surat kabar Eropa, termasuk Guardian, El Pais dan Sueddeutsche Zeitung

"Karena tidak ada satu orang pun yang mengenalkan saya kepada calon penggantinya," lanjut dia, yang baru saja satu bulan menjabat sebagai presiden. 
 
Prancis adalah salah satu negara Barat paling vokal terkait pelengseran Assad sejak konflik di Suriah dimulai. Oposisi Assad bereaksi keras terhadap perubahan sikap Paris. 
 
"Memalukan bagi Prancis, di mana pemimpinnya Emmanuel Macron tidak melihat Bashar al-Assad sebagai musuh kemanusiaan," ujar Ahmed Ramadan, anggota Koalisi Nasional Suriah, yang merupakan payung utama organisasi grup oposisi. 
 
"Kemunduran tragis bagi moralitas dan kemanusiaan," tambah Ramadan. 
 
Macron menegaskan dirinya kini melihat dua prioritas kunci terkait konflik Suriah. "Pertama, perang total terhadap grup-grup teroris. Mereka adalah musuh kita semua. Kita membutuhkan kerja sama dari semua orang untuk menghabisi mereka," kata Macron.
 
"Kedua, stabilitas di Suriah, karena saya tidak menginginkan adanya sebuah negara yang gagal," lanjut dia, yang mengatakan merupakan suatu kesalahan jika komunitas internasional berpikir aksi militer adalah solusi satu-satunya di Suriah. 
 
Konflik Suriah dimulai pada 2011, saat rezim Baath -- berkuasa sejak 1963 dan dipimpin Assad -- merespons unjuk rasa damai dengan kekuatan militer. Hal tersebut memicu pemberontak berdarah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan