Selain Indonesia, sejumlah negara lain juga ikut menjual kerajinan dan makanan dari negara asalnya, seperti Mesir, Tiongkok, Turki, Jerman, Malaysia, Jepang, Pakistan, dan India. Untuk pelaksanaan Bazaar ini, PTRI Jenewa selalu bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) PTRI Jenewa.
Pada bazaar ini, terdapat dua macam stand yang disediakan yaitu stand kerajinan yang menjual barang-barang kerajinan dan stand makanan yang menjual makanan traditional dari negara peserta bazaar, dan Indonesia pun ikut pada kedua stand tersebut.
Stand kerajinan Indonesia yang terletak di lantai 2 tepat di depan pintu masuk ruang bazaar sangat strategis dan terlihat langsung ketika pengunjung memasuki ke area bazaar. Sejumlah pernak-pernik asal Indonesia seperti perhiasan berbahan mutiara air tawar, syal motif batik, aneka kerajinan kayu seperti door stopper, tatakan kayu motif batik serta beberapa barang lainnya didatangkan langsung dari Indonesia. Begitupun baju dan celana batik serta tenun juga ada di stand Indonesia.

Kerajinan khas Indonesia menarik perhatian peminat. Foto: PTRI Jenewa
Stand kerajinan sangat dipenuhi para pengunjung, bahkan karena ramainya pembeli, Ketua DWP PTRI Jenewa, Non Kleib, terjun langsung untuk melayani para pengunjung yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Sedangkan di stand makanan tahun ini, Indonesia menjual nasi goreng, mie goreng, sate ayam dan rendang. Tak hanya itu, dijual pula kue-kue tradisional Indonesia seperti onde-onde, bakwan, risoles, pastel, dadar gulung, dan panada.
“Di booth kerajinan, perhiasan mutiara yang paling banyak diborong pengunjung. Sementara di stand makanan, mie goreng dan sate ayam termasuk makanan favorit yang paling laris diserbu oleh pengunjung Bazaar. Sedangkan untuk jenis kue, bakwan sayur yang paling laris terjual habis sejak awal,” kata Non, dalam keterangan tertulis PTRI Jenewa, yang diterima Medcom.id, Kamis, 5 Desember 2019.
Bahkan, ketika makanan telah habis terjual pun, pembeli masih antri untuk membeli makanan khas Indonesia, terutama kue kue tradisional. Akhirnya ibu- ibu yang bertugas di stand makanan berinisiatif untuk menjual beberapa kue yang awalnya disediakan untuk panitia.
“Rasa lelah hilang sudah, terbayar dengan larisnya makanan dan kerajinan Indonesia. Stand kita juga mendapatkan kehormatan dengan berkunjungnya Direktur Jenderal Kantor PBB di Jenewa, Tatiana Volavaya,” imbuh Non.
Sebagian hasil penjualan dari stand kerajinan dan makanan Indonesia telah disumbangkan ke UNWG untuk membantu perempuan dan anak-anak yang membutuhkan di sebagian negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News