Cameron mengatakan lemahnya kemampuan Bahasa Inggris dapat membuat seseorang "lebih rentan" terpengaruh pesan-pesan propaganda dari kelompok militan seperti Islamic State (ISIS).
Komentar Cameron muncul saat pemerintah Konservatif Inggris mengucurkan dana GBP20 juta atau setara Rp396 miliar untuk program Bahasa Inggris bagi wanita di komunitas terisolasi, sebagai bagian dari pengintegrasian masyarakat.
Aturan keimigrasian di Inggris sudah mewajibkan seseorang untuk berbicara Bahasa Inggris sebelum datang ke Inggris untuk tinggal bersama pasangannya.
Namun Cameron mengatakan mereka harus menjalani tes lanjutan setelah tinggal selama 2,5 tahun, untuk memastikan kemampuan Bahasa Inggris mereka meningkat.
"Tidak ada jaminan Anda dapat tetap tinggal (di Inggris) jika Anda tidak meningkatkan kemampuan bahasa Anda," kata Cameron kepada radio BBC. "Orang-orang datang ke negara kita, mereka juga memiliki tanggung jawab."
Diperkirakan ada sekitar 2,7 juta Muslim di Inggris, dari total populasi 53 juta.
Cameron mengatakan kurangnya kemampuan Bahasa Inggris dapat membuat Muslim di Inggris lebih rentan terhadap propaganda ekstremis.
"Saya tidak bilang ada semacam hubungan sebab akibat antara tidak berbahasa Inggris dan menjadi ekstremis, tentu saja tidak," tutur Cameron.
"Namun jika Anda tidak berbicara Bahasa Inggris, tidak dapat berintegrasi, Anda mungkin akan sulit memahami identitas diri Anda, dan dengan begitu akan lebih rentan terpengaruh pesan-pesan ekstremis," tambah dia.
Pernyataan Cameron memicu pro dan kontra di Inggris. Mohammed Shafiq, kepala Yayasan Ramadhan di Inggris, menuding Cameron telah melakukan "stereotip yang memalukan."
"David Cameron dan pemerintahan Konservatif sekali lagi menggunakan Muslim di Inggris sebagai sepakbola politik untuk mencetak gol dengan mudah, untuk terlihat lebih kuat," ujar Shafiq.
Andy Burnham, juru bicara dari partai oposisi, menuduh Cameron melakukan "pendekatan asal-asalan" yang "secara tidak adil membuat stigma buruk di tengah masyarakat Inggris."
Sementara Shuja Shafi, Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris, mendukung langkah Cameron, namun pertanyakan metodenya.
"Tujuan perdana menteri adalah menjadikan Bahasa Inggris lebih banyak digunakan dan untuk pengintegrasian masyarakat secara lebih baik jika dihubungkan dengan sektor keamanan," ucap Shafi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News