Warga Manchester bersama kepolisian setempat (Foto: BBC).
Warga Manchester bersama kepolisian setempat (Foto: BBC).

Saksi Ungkap Kepanikan saat Serangan di Manchester Arena

Arpan Rahman • 23 Mei 2017 18:27
medcom.id, Manchester: Sejumlah saksi mata menggambarkan teror bom bunuh diri di arena konser di mana 22 korban tewas dan 59 lainnya cedera, termasuk anak-anak.
 
Ledakan di Manchester Arena terjadi pada pukul 22:35 waktu setempat, pada Senin 22 Mei 2017, menyusul pegelaran konser pop oleh penyanyi asal Amerika Serikat, Ariana Grande.
 
Partai-partai politik di Wales menangguhkan kampanye pemilihan umum, pada Selasa 23 Mei 2017.
 
Vicky Pickavance asal Bangor, Gwynedd, yang berada di konser tersebut, menggambarkan sebuah "ledakan besar" dan kemudian kekacauan. Para kerabat menggunakan media sosial buat mencari sanak-saudara tercinta yang hilang.
 
Polisi Greater Manchester mengatakan bahwa satu-satunya pengebom bunuh diri laki-laki, yang meninggal dalam ledakan tersebut, membawa sebuah alat peledak improvisasi yang diledakkannya.
 
Pickavance, yang berada di konser bersama putrinya, Sadie, 12, mengatakan: "Terjadi ledakan besar. Saat saya menoleh, manusia benar-benar seperti semut. Semua remaja berlari dan berteriak menuruni tribun."
 
"Awalnya saya pikir, balon-balon telah diletuskan dan kemudian suasana menjadi sedikit lebih sibuk. Orang-orang benar-benar melompat dari tempat duduk," bubuhnya.
 
"Putri saya panik, saya berkata: 'ayo kita keluar dari sini' Jadi saya melompati beberapa kursi dan menariknya ke bawah. Dan ketika kami sampai di tikungan saya berbalik dan melihat asap besar datang ke arah kami, jadi saya memeluk putriku seketat mungkin dan ada pelayan berteriak 'ke sini, ke sini'. Saya mengikuti di mana suara pelayan itu datang dan kami sampai di tangga dan keluar dari arena," tukasnya.
 
"Ada banyak orang berteriak-teriak di mana-mana, meneriakkan nama anak-anak di mana-mana, seperti sesuatu yang Anda lihat di TV, seperti di film, bukan kenyataan," cetusnya, seperti dikutip BBC, Selasa 23 Mei 2017.
 
Ledakan itu terjadi tak lama setelah Ariana Grande meninggalkan panggung di arena -- venue dalam ruangan Manchester terbesar dengan kapasitas konser sekitar 21.000 penonton.
 
Sian Williams, 17, asal Wrexham, meninggalkan konser bersama seorang temannya saat ledakan itu terjadi.
 
"Kami berjalan ke arah belakang ketika saya mendengar ledakan keras, semua orang mengira itu adalah balon karena ada balon yang dilepaskan, tapi kemudian semua orang menjerit dan lari dari pintu tertentu," katanya.
 
"Semua orang hanya berjejal ke depan, kami mendengar dua ledakan lagi atau semacamnya. Saya ketakutan. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Kami masuk ke kerumunan dan merunduk. Kami pikir jika kami berada di sana kami akan menjadi lebih aman. Kami berbuat seperti itu selama lima menit, sampai petugas keamanan mengatakan hanya 'pergilah, semuanya baik-baik saja'. Baru setelah kami keluar dan mendengar sirene kami menyadari ada sesuatu yang benar-benar terjadi," serunya.
 
Vanessa Brown asal Buckley, yang melarikan putrinya yang berusia 12 tahun, Emily, dari konser tersebut, menggambarkan kekacauan setelah ledakan.
 
Dia berkata: "Saya pergi berbelanja saat mereka pergi ke konser dan menunggu untuk menjemput mereka di mobil saya. Rasanya seperti sebuah ledakan besar, seakan ada kembang api."
 
Grande --biduan remaja TV Amerika berusia 23 tahun yang termasyhur-- memiliki banyak pemuja di antaranya gadis-gadis dan anak remaja.
 
Bintang pop itu menulis tweet: "duka dari lubuk hati, saya sangat menyesal, saya tidak bisa berkata-kata."
 
Pakar keamanan Lee Doddridge mengatakan bahwa polisi akan berlaku ekstra waspada di final Liga Champions pada 3 Juni di Cardiff's Principality Stadium.
 
Dia mengatakan: "Untuk Liga Champions Anda memerlukan tiket untuk masuk stadion, dan Anda juga tidak masuk ke pusat kota tanpa pengawasan. Ada kerentanan setelah kejadian -- kapan pun mungkin stasiun kereta akan menjadi sesak -- penuh dengan orang-orang mengantri. Orang akan meninggalkan massa saat acara berakhir dan saat itulah kita harus waspada," tuturnya.
 
Semua pemimpin partai politik Wales menebar tweet tentang kekejaman dan partai Wales Green menunda peluncuran kampanye mereka.
 
Menteri Utama Carwyn Jones men-tweet "perasaan saya berada bersama keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai", sementara pemimpin partai konservatif Welsh Andrew RT Davies mengatakan bahwa menyasar anak-anak adalah perbuatan "keji".
 
Pemimpin partai Cymru Plaid Leanne Wood mengatakan "pikiran dan simpati"-nya tertuju pada para korban.
 
Pemimpin UKIP di Majelis Welsh, Neil Hamilton, men-tweet: "berita mengerikan dan menyeramkan", sementara pimpinan Demokrat Liberal Kirsty Williams AM mengatakan bahwa aksi ini adalah "kemarahan yang mengerikan".

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan