"Orang-orang dapat merasakan bahwa negara ini sedang mendekati momen pilihan terpenting. Kami harus maju dan kami harus mewujudkan Brexit pada 31 Oktober. Saya harus melakukannya," kata Johnson, dikutip dari AFP, Senin 30 September 2019.
Namun, parlemen bisa meminta penundaan Brexit jika nanti tidak ada kesepakatan yang terbentuk pada 17-18 Oktober di KTT Uni Eropa di Brussels.
"Yang penting, saya harus membawa Inggris keluar dari Uni Eropa," tegas dia.
Selain itu, Johnson juga bertekad tetap menjadi perdana menteri jika nantinya memang ia mendapat perlawanan dari parlemen dan gagal meraih kesepakatan dalam Brexit.
"Tidak (mundur). Saya telah berjanji untuk memimpin partai dan negara ini di waktu yan sulit. Saya percaya itu adalah tanggung jawab saya," tutur dia.
Sementara itu, Johnson akan berusaha membujuk pengadilan tinggi Inggris, mengenai keputusannya untuk membekukan parlemen. Pembekuan dilakukan hingga batas waktu Brexit.
Johnson mengumumkan pada 28 Agustus bahwa ia telah meminta Ratu Elizabeth untuk menangguhkan, parlemen selama lima minggu dari minggu lalu hingga 14 Oktober. Menurutnya pembekuan itu diperlukan untuk memungkinkannya memperkenalkan agenda legislatif baru.
Lawan politik Johnson mengatakan alasan sebenarnya adalah untuk mencegah pengawasan dan tantangan oleh parlemen di mana ia sekarang tidak memiliki mayoritas untuk rencana Brexit, terutama janjinya untuk meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober bahkan jika tanpa kesepakatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News