"Ada beberapa kotak suara yang ditentang enam hingga 11 kali," kata Kilicdaroglu. "Anda telah menghalangi keinginan rakyat Turki," sambungnya, dikutip dari laman Al Jazeera, Minggu, 14 Mei 2023.
Kilicdaroglu mengatakan bahwa langkah menghalang-halangi seperti ini dapat berujung pada hal buruk. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan membiarkan adanya manipulasi suara yang menguntungkan kubu Erdogan.
Ia pun mendesak Erdogan untuk menghentikan "manajemen persepsi" dan menyerukan dewan pemilihan umum nasional untuk bertindak secara bertanggung jawab.
Sementara itu, Turki kemungkinan besar bergerak menuju pemilu putaran kedua setelah Erdogan dan Kilicdaroglu tidak mampu lebih dari 50 persen suara yang dibutuhkan untuk menang langsung.
Pemilu Turki kali ini dilihat sebagai 'vonis' atas pemerintahan 20 tahun Erdogan dan jalurnya yang dinilai semakin otoriter.
Dengan hampir 94 persen kotak suara dihitung, kedua belah pihak mengklaim unggul, namun tidak ada yang dikabarkan melewati 50 persen.
Baca juga: Tidak Ada Pemenang Utama, Pemilu Presiden Turki Masuki Putaran Kedua
Pemilu presiden kali ini tidak hanya akan memutuskan siapa yang memimpin Turki, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa, tetapi juga apakah akan kembali ke jalur demokrasi yang lebih sekuler; bagaimana Turki akan menangani krisis biaya hidup yang parah; dan mengelola hubungan kunci dengan Rusia, Timur Tengah dan Barat.
Kilicdaroglu, 74, pemimpin partai oposisi terbesar Turki, telah berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan Barat jika dia terpilih dan membuat kebijakan lebih bersifat institusional dan tidak terlalu personal.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News