New York: The Global Fund (Dana Global) untuk memerangi AIDS, tuberkulosis, dan malaria telah mencapai angka USD14,25 miliar pada Rabu, 21 September 2022 . Dana ini sendiri adalah yang dijanjikan ketika para pemimpin dunia berupaya memerangi penyakit-penyakit mematikan tersebut setelah kemajuannya terhenti akibat pandemi covid-19.
Presiden AS Joe Biden, yang menjadi tuan rumah pada konferensi di New York di sela-sela pertemuan tingkat tinggi tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, dana itu sangat penting untuk memerangi penyakit.
"Ini adalah investasi yang akan menyelamatkan 20 juta nyawa lainnya, serta mengurangi kematian akibat penyakit-penyakit ini sebesar 64 persen dalam empat tahun ke depan," ujar Biden, seperti yang dikutip dari laman Channel News Asia, pada Kamis, 22 September 2022.
Amerika Serikat sendiri sebelumnya telah mengatakan akan menjanjikan USD6 miliar untuk siklus pendanaan berikutnya. Dana tersebut sendiri dikumpulkan oleh aliansi publik atau swasta yang berbasis di Jenewa.
Aliansi ini mencari USD18 miliar untuk siklus pendanaan tiga tahun berikutnya dari pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Sebelum konferensi pada hari Rabu, 21 September 2022, mereka berkata bahwa dana yang telah terkumpul sudah berjumlah lebih dari sepertiga dari total yang dijanjikan.
Sementara itu, Global Fund mengatakan bahwa dana sebesar USD14,25 miliar yang berhasil terkumpul hingga saat ini kemungkinan besar akan meningkat terus karena diharapkan akan lebih banyak donasi yang masuk.
"Bagi pemerintah dan rakyat Malawi, ini bukan konferensi tetapi penyelamat hidup," kata Lazarus Chakwera, presiden Malawi pada hari sebelumnya yang menjanjikan USD1 juta.
Menurut UNAIDS (Joint United Nations Programme on HIV/AIDS), saat ini memang terdapat 990 ribu orang dewasa dan anak-anak di Malawi yang hidup dengan HIV pada tahun 2021. Tidak hanya itu, USAID (United States Agency for International Development) mengatakan bahwa tuberkulosis adalah masalah kesehatan masyarakat utama di Malawi.
Selain Malawi, ketua komisi di Eropa, Ursula von der Leyen sendiri menjanjikan 715 juta euro (USD703,63 juta) untuk pengumpulan dana tersebut, yang dia katakan memiliki peningkatan 30 persen dari janji yang telah ia buat sebelumnya.
"Kita bisa menyembuhkan TBC. Kita bisa mencegah malaria. Kita bisa melawan penyakit mengerikan ini. Kita akan mengakhiri AIDS, kita akan mengakhiri TBC, dan kita akan mengakhiri malaria, sekali dan untuk selamanya," ujar Leyen.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menjanjikan 300 juta euro lagi, sehingga total kontribusi Prancis untuk periode pendanaan menjadi 1,6 miliar euro. Tidak hanya itu, ada juga Nigeria yang menjanjikan USD13,2 juta, Belanda yang menjanjikan 180 juta euro dan Indonesia yang menjanjikan USD15,5 juta, di samping janji yang dibuat oleh sektor swasta.
Dana itu sendiri mengatakan bahwa dari jangkauan upaya pengobatan dan pencegahan kembali melambung dalam laporan pada tahun 2022. Padahal sebelumnya, upaya ini telah menurun untuk pertama kalinya pada tahun 2020 dalam hampir 20 tahun.
Namun memang, dunia sepertinya masih belum berada di jalur yang tepat untuk mengalahkan penyakit-penyakit ini. Akan tetapi, dapat diperkirakan bahwa setidaknya upaya yang dilakukan dengan dana yang di telah didapat sejauh ini menyelamatkan sekitar 50 juta nyawa sejak didirikan pada tahun 2002.
Pada tahun 2020, jumlah yang diobati untuk tuberkulosis turun ke angka 19 persen, menjadi 4,5 juta. Sementara itu, pada tahun 2021, tuberkulosis kembali naik sebesar 12 persen, menjadi 5,3 juta dan masih sedikit di bawah angka sebelum pandemi yaitu mencapai 5,5 juta.
Saat program malaria dan AIDS memang melebihi tingkat 2019, dampak pandemi menandakan mereka masih belum dalam jalur untuk mengakhiri penyakit-penyakit tersebut pada tahun 2030.
Global Fund sendiri telah memperingatkan bahwa perang di Ukraina dan krisis pangan global dapat memperburuk situasi. Hal ini dikarenakan penyakit menular biasanya jauh lebih mematikan bagi orang yang memiliki tubuh yang lemah dikarenakan kekurangan gizi serta mereka juga tidak dapat merespon upaya pengobatan atau pencegahan dengan baik. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Presiden AS Joe Biden, yang menjadi tuan rumah pada konferensi di New York di sela-sela pertemuan tingkat tinggi tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, dana itu sangat penting untuk memerangi penyakit.
"Ini adalah investasi yang akan menyelamatkan 20 juta nyawa lainnya, serta mengurangi kematian akibat penyakit-penyakit ini sebesar 64 persen dalam empat tahun ke depan," ujar Biden, seperti yang dikutip dari laman Channel News Asia, pada Kamis, 22 September 2022.
Amerika Serikat sendiri sebelumnya telah mengatakan akan menjanjikan USD6 miliar untuk siklus pendanaan berikutnya. Dana tersebut sendiri dikumpulkan oleh aliansi publik atau swasta yang berbasis di Jenewa.
Aliansi ini mencari USD18 miliar untuk siklus pendanaan tiga tahun berikutnya dari pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Sebelum konferensi pada hari Rabu, 21 September 2022, mereka berkata bahwa dana yang telah terkumpul sudah berjumlah lebih dari sepertiga dari total yang dijanjikan.
Sementara itu, Global Fund mengatakan bahwa dana sebesar USD14,25 miliar yang berhasil terkumpul hingga saat ini kemungkinan besar akan meningkat terus karena diharapkan akan lebih banyak donasi yang masuk.
"Bagi pemerintah dan rakyat Malawi, ini bukan konferensi tetapi penyelamat hidup," kata Lazarus Chakwera, presiden Malawi pada hari sebelumnya yang menjanjikan USD1 juta.
Menurut UNAIDS (Joint United Nations Programme on HIV/AIDS), saat ini memang terdapat 990 ribu orang dewasa dan anak-anak di Malawi yang hidup dengan HIV pada tahun 2021. Tidak hanya itu, USAID (United States Agency for International Development) mengatakan bahwa tuberkulosis adalah masalah kesehatan masyarakat utama di Malawi.
Selain Malawi, ketua komisi di Eropa, Ursula von der Leyen sendiri menjanjikan 715 juta euro (USD703,63 juta) untuk pengumpulan dana tersebut, yang dia katakan memiliki peningkatan 30 persen dari janji yang telah ia buat sebelumnya.
"Kita bisa menyembuhkan TBC. Kita bisa mencegah malaria. Kita bisa melawan penyakit mengerikan ini. Kita akan mengakhiri AIDS, kita akan mengakhiri TBC, dan kita akan mengakhiri malaria, sekali dan untuk selamanya," ujar Leyen.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menjanjikan 300 juta euro lagi, sehingga total kontribusi Prancis untuk periode pendanaan menjadi 1,6 miliar euro. Tidak hanya itu, ada juga Nigeria yang menjanjikan USD13,2 juta, Belanda yang menjanjikan 180 juta euro dan Indonesia yang menjanjikan USD15,5 juta, di samping janji yang dibuat oleh sektor swasta.
Dana itu sendiri mengatakan bahwa dari jangkauan upaya pengobatan dan pencegahan kembali melambung dalam laporan pada tahun 2022. Padahal sebelumnya, upaya ini telah menurun untuk pertama kalinya pada tahun 2020 dalam hampir 20 tahun.
Namun memang, dunia sepertinya masih belum berada di jalur yang tepat untuk mengalahkan penyakit-penyakit ini. Akan tetapi, dapat diperkirakan bahwa setidaknya upaya yang dilakukan dengan dana yang di telah didapat sejauh ini menyelamatkan sekitar 50 juta nyawa sejak didirikan pada tahun 2002.
Pada tahun 2020, jumlah yang diobati untuk tuberkulosis turun ke angka 19 persen, menjadi 4,5 juta. Sementara itu, pada tahun 2021, tuberkulosis kembali naik sebesar 12 persen, menjadi 5,3 juta dan masih sedikit di bawah angka sebelum pandemi yaitu mencapai 5,5 juta.
Saat program malaria dan AIDS memang melebihi tingkat 2019, dampak pandemi menandakan mereka masih belum dalam jalur untuk mengakhiri penyakit-penyakit tersebut pada tahun 2030.
Global Fund sendiri telah memperingatkan bahwa perang di Ukraina dan krisis pangan global dapat memperburuk situasi. Hal ini dikarenakan penyakit menular biasanya jauh lebih mematikan bagi orang yang memiliki tubuh yang lemah dikarenakan kekurangan gizi serta mereka juga tidak dapat merespon upaya pengobatan atau pencegahan dengan baik. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News