Para pedemo menuduh beberapa orang di prosesi pemakaman tersebut adalah dalang di balik pembunuhan Moise.
Mantan Ibu Negara Haiti Martine Moise, sempat terluka parah dalam penembakan yang menewaskan suaminya, hadir dalam prosesi pemakaman bersama ketiga anaknya. Ia menyerukan keadilan, dan menegaskan bahwa suaminya telah "dikhianati."
"Mereka melihat kami, menanti kami merasa takut atas semua ini," tutur Martine, dilansir dari laman Anadolu Agency, Sabtu, 24 Juli 2021. "Kami tidak ingin membalas dendam atau melakukan aksi kekerasan. Tapi kami tidak akan pernah merasa takut," sambungnya.
Jajaran petinggi Haiti bersama PM baru Ariel Henry hadir dalam prosesi pemakaman. Beberapa delegasi asing, termasuk dari Amerika Serikat, juga hadir menyampaikan salam perpisahan terakhir untuk Moise.
Baca: Ariel Henry Jabat PM Baru Haiti
Delegasi AS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hanya mengikuti prosesi secara singkat karena adanya bentrokan di dekat lokasi. "Delegasi presiden aman usai terjadinya penembakan di luar proses pemakaman," tutur juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.
"Mereka sedang dalam perjalanan menuju Amerika Serikat," lanjutnya.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menuliskan via Twitter bahwa demonstran Haiti sebaiknya mengekspresikan diri secara damai dan menjauhi aksi kekerasan.
Moise, 53, dibunuh sekelompok individu bersenjata di rumahnya sendiri di Port-au-Prince pada 7 Juli lalu. Otoritas Haiti mengonfirmasi 26 tersangka telah ditangkap, termasuk tiga polisi dan 18 mantan prajurit Kolombia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News