Dikutip dari TNVZ, Asosiasi Jurnalis Belarusia melaporkan adanya penutupan lebih dari 50 situs berita hari ini. Sebagian besar media tersebut adalah yang aktif melaporkan jalannya unjuk rasa anti-pemerintah, termasuk Radio Liberty dan Belsat.
Kantor percetakan milik negara juga berhenti mencetak dua surat kabar independen, Narodnaya Volya dan Komsomolskaya Pravda. Pihak percetakan mengklaim adanya kerusakan peralatan.
Aksi protes di Belarusia dimulai usai keluarnya hasil pemilihan umum presiden pada 9 Agustus lalu. Komisi Elektoral Belarusia menyatakan Lukashenko meraih 80,1 persen suara, sementara capres oposisi Svetlana Tikhanovskaya hanya 10,12 persen.
Tikhanovskaya dan para pendukungnya mencurigai ada kecurangan dalam penghitungan suara. Ia sempat ditahan saat mengadukan keluhan resmi mengenai hasil pilpres, sebelum akhirnya melarikan diri ke Lithuania dengan alasan menjaga keselamatan anak-anaknya.
Dari Lithuania, Tikhanovskaya menyerukan kepada para pendukungnya untuk meneruskan aksi protes demi kesejahteraan Belarusia. Tikhanovskaya khawatir jika unjuk rasa berhenti, maka ia dan semua pendukungnya akan menjadi "budak" di bawah Lukashenko.
Baca: NATO Bantah Ada Pasukan Asing di Perbatasan Belarusia
Polisi merespons keras aksi protes di Belarusia, dengan menangkap sekitar 7.000 pedemo dan memukuli sebagian dari mereka. Namun aksi represif polisi justru meningkatkan cakupan aksi protes, yang kini meluas ke sejumlah pabrik-pabrik besar di Belarusia -- basis pendukung utama Lukashenko.
Sejumlah polisi dikabarkan melepas seragam dan membakarnya sebagai bentuk protes atas respons pemerintah terhadap aksi protes.
Jumlah pengunjuk rasa di Minsk sempat mencapai sekitar 200 ribu pada 16 Agustus lalu, yang merupakan angka terbesar dalam sejarah negara tersebut. Tikhanovskaya menyerukan agar unjuk rasa dalam jumlah sebesar itu kembali digelar pada Senin besok.
"Kita sudah selangkah lebih maju menuju mimpi kita," ujarnya dalam sebuah pesan video dari Lithuania.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News