Jumlah korban tewas akibat ledakan bertambah menjadi 68 orang per hari Selasa, 26 September 2023, menurut laporan ombudsman Karabakh. Sementara 105 orang masih dinyatakan hilang, dan 290 lainnya mengalami luka-luka.
Ledakan terjadi di luar ibu kota regional Stepanakert – yang disebut Khankendi oleh Azerbaijan – pada Senin malam. Depo tersebut digunakan untuk mendistribusikan bahan bakar kepada mereka yang ingin meninggalkan wilayah tersebut dengan mobil. Ratusan orang berkumpul di sana saat ledakan terjadi.
Serangan kilat pekan kemarin terjadi setelah blokade Azerbaijan selama berbulan-bulan di Nagorno-Karabakh, yang menyebabkan kekurangan pasokan penting bagi para etnis Armenia.
"Akibat ledakan tersebut, Azerbaijan menyiapkan rumah sakit terdekat dan memulai negosiasi mengenai evakuasi korban luka. Namun perwakilan warga Armenia di Karabakh tidak menerima usulan ini," kata koresponden Al Jazeera Osama bin Javaid, melaporkan dari kota Horadiz.
Pengumuman jumlah korban tewas disampaikan ketika ribuan orang terus meninggalkan Nagorno-Karabakh. Pemerintah Armenia mengatakan bahwa 28.120 etnis Armenia telah memasuki negara tersebut, dan akomodasi akan disediakan bagi semua pengungsi yang membutuhkan.
Bantuan Kemanusiaan
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Adrienne Watson, mengatakan bahwa Washington mendesak akses kemanusiaan ke Nagorno-Karabakh."Kami sedih dengan berita tewasnya 68 orang dan ratusan lainnya luka-luka dalam ledakan di depo bahan bakar di Nagorno-Karabakh. Kami juga menyampaikan simpati mendalam kepada penduduk Nagorno-Karabakh dan semua yang menderita," kata Watson.
"Kami mendesak kelanjutan akses kemanusiaan ke Nagorno-Karabakh bagi semua yang membutuhkan," sambungnya.
Samantha Power, kepala Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), mengatakan bahwa pihaknya akan mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai USD11,5 juta.
Militer Azerbaijan menyerang Nagorno-Karabakh pada 19 September, dan 24 jam kemudian mengumumkan bahwa mereka telah menguasai wilayah sengketa itu.
Serangan tersebut memaksa otoritas etnis Armenia di wilayah tersebut untuk setuju meletakkan senjata dan memulai perundingan "reintegrasi" berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi kekuatan tradisional regional, Rusia.
Baca juga: Armenia Tak Lagi Yakin Rusia Bisa Beri Perlindungan dari Azerbaijan
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id