Profesor Andrew Pollard saat berbicara mengenai Covid-19 di London, Inggris, 23 November 2020. (HENRY NICHOLLS / POOL / AFP)
Profesor Andrew Pollard saat berbicara mengenai Covid-19 di London, Inggris, 23 November 2020. (HENRY NICHOLLS / POOL / AFP)

Ilmuwan Oxford: Varian Delta Buat Herd Immunity Mustahil Tercapai

Willy Haryono • 11 Agustus 2021 09:52
London: Varian Delta telah menghancurkan peluang tercapainya kekebalan kelompok atau herd immunity, menurut seorang ilmuwan Oxford yang memimpin pengembangan vaksin Covid-19 bersama AstraZeneca. Ia pun menyarankan Pemerintah Inggris untuk menghentikan tes massal Covid-19 agar warga dapat mulai belajar hidup berdampingan dengan Covid-19.
 
Profesor Andrew Pollard, kepala tim vaksin Oxford-AstraZeneca, mengatakan bahwa varian Delta dapat tetap menginfeksi orang yang sudah divaksinasi sehingga herd immunity mustahil tercapai, walau tingkat vaksinasi di Inggris cukup tinggi.
 
Departemen Kesehatan Inggris mengonfirmasi pada Selasa kemarin bahwa lebih dari tiga per empat orang dewasa di seantero negeri telah menerima dua dosis vaksinasi Covid-19. Diperkirakan sekitar 60 ribu kematian dan 66.900 perawatan di rumah sakit Inggris telah berhasil terhindarkan berkat tingginya vaksinasi.

Berbicara kepada grup parlemen Inggris mengenai Covid-19, Sir Andrew berkata: "Siapapun yang belum divaksinasi, suatu saat nanti pasti akan terinfeksi virus."
 
"Kita tidak memiliki apapun untuk menghentikan transmisi, jadi saya rasa kita sedang berada dalam situasi di mana herd immunity bukan merupakan sebuah kemungkinan," sambungnya, dilansir dari laman Brisbane Times, Rabu, 11 Agustus 2021.
 
"Saya menduga virus (Covid-19) akan menghasilkan varian baru lagi nantinya, yang dapat dengan mudah menginfeksi individu yang sudah divaksinasi," ungkap Sir Andrew.
 
Paul Hunter, seorang profesor dari University of East Anglia, juga menyuarakan hal senada. Pakar penyakit menular itu mengatakan bahwa "konsep herd immunity mustahil tercapai karena kita semua tahu infeksi (Covid-19) akan menyebar di kalangan individu yang belum divaksinasi."
 
"Dan data terbaru juga mengindikasikan bahwa dua dosis vaksin (Covid-19) mungkin hanya memberikan 50 persen perlindungan terhadap risiko infeksi," lanjutnya.
 
"Kita perlu beralih dari skema melaporkan angka infeksi ke melaporkan angka orang yang benar-benar jatuh sakit. Jika tidak begitu, kita hanya akan menakut-nakuti masyarakat dengan tingginya angka infeksi, padahal tingkat keparahan penyakitnya di lapangan tidak sebesar itu," pungkas Hunter.
 
Baca:  Capai Herd Immunity, Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Harus Digiatkan

Vaksin Slank untuk Indonesia

Dalam upaya mendukung vaksinasi di Tanah Air, Media Group bersama Slank menggelorakan kampanye sosial bertajuk "Vaksin untuk Indonesia". Kampanye ini adalah upaya untuk bersama-sama bangkit dari pandemi dan memupuk optimisme menuju normal baru dengan terus menjaga kesehatan fisik dan mental. Vaksin dalam tajuk ini bukan saja berarti "obat" atau "anti-virus", tetapi juga upaya untuk menguatkan kembali mental dan spirit kita di tengah kesulitan akibat pandemi.
 
"Slank dan Media Group bikin gerakan yang bertema 'Vaksin untuk Indonesia'. Berharap lewat musik dan dialog, acara ini bisa menyemangati dampak pandemi yang mengenai kehidupan kita, supaya tetap semangat. Kita hibur supaya senang, supaya imun kita naik juga. Mengajak masyarakat untuk jangan takut untuk divaksin. Ini salah satu solusi untuk lepas dari pandemi," terang drummer Slank, Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim.
 
Program "Vaksin untuk Indonesia" tayang di Metro TV setiap hari Jumat, pukul 20:05 WIB. Dalam tayangan ini, Slank bukan saja menyuguhkan musik semata, tetapi juga menampilkan perjalanan ke sejumlah tempat dan berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai latar belakang sosial.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan