Pembunuhan terjadi di kota Idar-Oberstein. Penembakan fatal ini merupakan yang pertama terjadi di tengah pemberlakuan aturan Covid-19 di Jerman.
Perselisihan dimulai ketika kasir meminta pelanggan untuk mengenakan masker, seperti yang diwajibkan di semua toko di Negeri Bavaria. Setelah pertengkaran singkat, pria itu pergi.
Pelaku kemudian kembali sekitar satu setengah jam kemudian, sambil mengenakan masker. Namun, saat ia membawa enam bungkus bir ke kasir, ia kembali melepas topengnya. Pertengkaran lain pun terjadi.
"Pelaku kemudian mengeluarkan pistol dan menembaknya tepat di kepala," kata Jaksa Kai Fuhrmann, dilansir dari AFP, Selasa, 21 September 2021.
Tersangka diketahui merupakan warga Jerman berusia 49 tahun. Ia kemudian menyerahkan diri ke kantor polisi keesokan harinya.
Pelaku mengakui pembunuhan itu. Ia mengatakan kepada polisi jika merasa 'terpojok' oleh tindakan covid-19.
"Ia menganggap kebijakan pemerintah sebagai pelanggaran terhadap haknya," kata Fuhrmann.
Walikota Idar-Oberstein Frank Fruehauf menyebutnya "tindakan mengerikan yang tak terduga". Penduduk meletakkan bunga dan lilin di luar pom bensin sebagai tanda penghormatan kepada pekerja yang tewas tersebut.
Pembunuhan terjadi hanya beberapa hari sebelum warga menuju ke tempat pemungutan suara untuk pemilihan umum pada 26 September mendatang. Pemilu ini membuat Kanselir Angela Merkel mundur dari politik setelah 16 tahun berkuasa.
Katrin Goering-Eckardt, pemimpin parlemen dari partai Hijau mengatakan sangat terguncang oleh pembunuhan itu. Dia mengatakan insiden tersebut adalah akibat kejam dari kebencian.
Baca: Pria Tembak Enam Saudaranya Sendiri di Restoran Jerman
Menteri Pertanian Julia Kloeckner dari partai CDU kanan-tengah Merkel, yang berasal dari kawasan itu, mengatakan pembunuhan itu "mengejutkan".
Namun, ada juga yang memuji pembunuhan tersebut. Surat kabar Tagesspiegel mengatakan grup obrolan sayap kanan di Telegram memuji insiden tersebut dengan mengunggah emoji jempol.
Berulang kali protes anti-masker terjadi di Jerman selama pandemi. Gerakan Querdenker (Pemikir Lateral) muncul sebagai suara paling keras menentang pembatasan dan peraturan virus korona pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News