Dalam sebuah video, seorang polisi kulit putih terlihat menimpa bagian leher Floyd dengan menggunakan lutut. Floyd terdengar beberapa kali berkata, "saya tidak bisa bernapas" dan "jangan bunuh saya." Insiden terjadi pada Senin malam.
Satu hari berselang, ratusan warga Minneapolis turun ke jalan dan memprotes kebrutalan polisi. Sebagian dari mereka membawa spanduk bertuliskan, "saya tidak bisa bernapas" dan "penjarakan pembunuh" serta "hukum polisi yang bersangkutan."
Saat ditanya mengapa warga berkerumun di Minneapolis, sebagian besar dari mereka menegaskan bahwa polisi harus bertanggung jawab atas kematian Floyd.
"Bisa saja peristiwa ini menimpa anak saya. Bisa juga menimpa saya," kata seorang pedemo, dilansir dari Guardian, Rabu 27 Mei 2020.
Kelompok pengendara sepeda motor Vital Kings turut mendampingi pengunjuk rasa. Mereka terus menyalakan suara mesin motor saat pengunjuk rasa meneriakkan slogan kecaman terhadap polisi.
Dari persimpangan tempat Floyd ditahan polisi, demonstran bergerak menuju sebuah kantor polisi. Di sana, sekelompok pengunjuk rasa bersitegang dengan aparat keamanan yang menjaga tempat kerja mereka.
Sebagian pedemo kemudian merusak beberapa jendela di sebuah kantor polisi. Tidak hanya itu, mereka juga mencorat-coret beberapa mobil polisi.
Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata dan juga granat kejut untuk membubarkan massa. Sebagian pedemo membubarkan diri, namun berkumpul kembali di sebuah lahan parkir bernama Target.
Hingga saat ini, Kepolisian Minneapolis belum bersedia mengomentari bentrokan dengan pengunjuk rasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News