“Sebanyak 17 orang telah ditangkap karena berusaha melakukan kudeta di wilayah nasional,” kata Menteri Dalam Negeri Eduardo del Castillo dalam konferensi pers, dilansir dari Anadolu, Jumat, 28 Juni 2024.
Jenderal Bolivia Juan Jose Zuniga Macias termasuk di antara mereka yang ditangkap dan dituduh merencanakan kudeta terhadap pemerintah setelah berusaha memaksa masuk ke Istana Kepresidenan di La Paz dengan tank pada Rabu.
Del Castillo membenarkan bahwa Zuniga dan mantan panglima angkatan laut Juan Arnez Salvador memimpin kelompok konspirator yang ingin ‘menjatuhkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis’. Ia mengatakan, mereka menghadapi dakwaan yang dapat mengakibatkan hukuman penjara 15 hingga 30 tahun.
Menurut menteri, sehari sebelum pemberontakan militer, Arce memberi tahu panglima militer bahwa dia dibebastugaskan karena tindakannya "tidak sejalan dengan konstitusi politik" menyusul beberapa serangan yang dilakukan Zuniga terhadap mantan Presiden sayap kiri Evo Morales.
Zuniga membela diri, menuduh Arce mengatur kudeta untuk meningkatkan popularitasnya.
“Presiden mengatakan kepada saya bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk meningkatkan popularitasnya,” klaim Zuniga.
Bolivia saat ini terlibat dalam krisis politik yang melibatkan partai berkuasa, Movimiento al Socialismo, dan mantan Presiden Morales. Krisis ini disebabkan oleh persaingan antara Morales dan Arce, yang keduanya berencana mencalonkan diri pada pemilu 2025.
Morales memerintah dari 2006 hingga 2019 ketika ia digulingkan oleh militer di tengah protes yang meluas dan digantikan oleh pemerintahan konservatif sementara. Arce kemudian memenangkan pemilu 2020 dengan bantuan mantan sekutunya Morales sebelum perselisihan mulai muncul di antara mereka.
Upaya kudeta tersebut dikutuk oleh sebagian besar negara di Amerika Latin, termasuk Ekuador, Uruguay, Paraguay, Brasil, Chile, Kolombia, dan Meksiko.
Baca juga: Kudeta Gagal di Bolivia, Pintu Istana Pemerintah Ditabrak Kendaraan Militer
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News