Paris: Otoritas Prancis telah menangguhkan tiga petugas polisi setelah mereka terlihat dalam video memukuli seorang pria kulit hitam di Prancis. Pria itu merupakan seorang produser musik.
Insiden tersebut terjadi pada Sabtu pekan lalu dan memicu protes baru atas perilaku pasukan keamanan Prancis.
Awal pekan ini, polisi dituduh menggunakan kekuatan yang tidak perlu saat mereka membongkar kamp migran darurat di Paris. Insiden ini terjadi ketika pemerintah mencoba mengeluarkan undang-undang yang melarang wajah petugas kepolisian disiarkan.
Kritik atas UU tersebut mengatakan bahwa tanpa gambar seperti itu, insiden sepekan terakhir ini tidak akan terungkap.
Pada Kamis kemarin, bintang sepak bola Prancis, Kylian Mbappe yang berkulit hitam, bergabung dengan rekan satu tim nasional dan sesama atlet untuk mengutuk insiden tersebut.
"Video yang tidak tertahankan, kekerasan yang tidak dapat diterima. Katakan tidak pada rasisme," tulisnya di Twitter, di samping gambar wajah berlumuran darah sang produser yang diketahui bernama Michel.
Dilansir dari BBC, Jumat, 27 November 2020, video kamera keamanan diterbitkan oleh situs berita online, Loopsider. Gambar menunjukkan tiga petugas menendang, meninju dan menggunakan tongkat pada pria itu setelah dia memasuki studionya.
Loopsider mengatakan awalnya Michel dihentikan karena tidak memakai makser. Michel mengatakan bahwa ia juga mengalami pelecehan rasis selama lima menit pemukulan.
Pria itu ditahan dan didakwa dengan kekerasan dan menolak penangkapan. Namun, jaksa membatalkan dakwaan dan malah membuka penyelidikan terhadap petugas.
"Orang-orang yang seharusnya melindungi saya, malah menyerang. Saya tidak melakukan apapun untuk pantas menerima (pemukulan) ini. Saya hanya ingin ketiga orang ini dihukum sesuai hukum yang berlaku," tegas Michel.
Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan ia sangat terkejut dengan kekerasan yang dilakukan polisi. Menurut dia, tindakan itu tidak dapat diterima.
Insiden tersebut terjadi pada Sabtu pekan lalu dan memicu protes baru atas perilaku pasukan keamanan Prancis.
Awal pekan ini, polisi dituduh menggunakan kekuatan yang tidak perlu saat mereka membongkar kamp migran darurat di Paris. Insiden ini terjadi ketika pemerintah mencoba mengeluarkan undang-undang yang melarang wajah petugas kepolisian disiarkan.
Kritik atas UU tersebut mengatakan bahwa tanpa gambar seperti itu, insiden sepekan terakhir ini tidak akan terungkap.
Pada Kamis kemarin, bintang sepak bola Prancis, Kylian Mbappe yang berkulit hitam, bergabung dengan rekan satu tim nasional dan sesama atlet untuk mengutuk insiden tersebut.
"Video yang tidak tertahankan, kekerasan yang tidak dapat diterima. Katakan tidak pada rasisme," tulisnya di Twitter, di samping gambar wajah berlumuran darah sang produser yang diketahui bernama Michel.
Dilansir dari BBC, Jumat, 27 November 2020, video kamera keamanan diterbitkan oleh situs berita online, Loopsider. Gambar menunjukkan tiga petugas menendang, meninju dan menggunakan tongkat pada pria itu setelah dia memasuki studionya.
Loopsider mengatakan awalnya Michel dihentikan karena tidak memakai makser. Michel mengatakan bahwa ia juga mengalami pelecehan rasis selama lima menit pemukulan.
Pria itu ditahan dan didakwa dengan kekerasan dan menolak penangkapan. Namun, jaksa membatalkan dakwaan dan malah membuka penyelidikan terhadap petugas.
"Orang-orang yang seharusnya melindungi saya, malah menyerang. Saya tidak melakukan apapun untuk pantas menerima (pemukulan) ini. Saya hanya ingin ketiga orang ini dihukum sesuai hukum yang berlaku," tegas Michel.
Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan ia sangat terkejut dengan kekerasan yang dilakukan polisi. Menurut dia, tindakan itu tidak dapat diterima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News