Vaksin covid-19 AstraZeneca dan University of Oxford diizinkan oleh Inggris untuk penggunaan darurat. Foto: AFP
Vaksin covid-19 AstraZeneca dan University of Oxford diizinkan oleh Inggris untuk penggunaan darurat. Foto: AFP

Inggris Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 University of Oxford-AstraZeneca

Fajar Nugraha • 30 Desember 2020 15:06
London: Vaksin covid-19 yang dikembangkan University of Oxford-AstraZeneca telah disetujui oleh regulator obat-obatan Inggris. Ini membuka kemungkinan peningkatan suntik vaksin covid-19 dengan cepat, terutama bagi ribuan warga lanjut usia di panti jompo yang paling membutuhkannya.
 
The Medicines and Healthcare Products Regulatory Authority (MHRA) telah menyetujui vaksin virus korona itu untuk digunakan di Inggris. Vaksin ini hanya membutuhkan pendinginan normal pada suhu dua hingga delapan derajat Celsius dan mudah diangkut.
 
Bagian pertama vaksin sudah ada di Inggris dan lebih banyak lagi akan dibuat di pabrik-pabrik Inggris, untuk memastikan pasokan yang baik. Inggris telah memesan dosis 100 juta, dimana empat juta diharapkan akan tersedia dalam beberapa hari ke depan.

Penilaian memakan waktu lebih lama daripada yang dilakukan untuk vaksin Pfizer-BioNTech, yang disetujui Inggris lebih cepat daripada regulator lain di dunia pada 2 Desember. Berkas pengujian dan hasil uji coba untuk vaksin Oxford lebih rumit.
 
Pfizer-BioNTech, yang vaksinnya didasarkan pada teknologi mRNA baru, memberikan hasil yang sangat positif dan langsung, dengan kemanjuran 95 persen dari uji coba internasional yang melibatkan 43.000 orang.
 
Vaksin Oxford-AstraZeneca memiliki kemanjuran 62 persen dalam percobaan terbesar mereka, dari 11.636 orang. Tetapi kemanjuran 90 persen dalam subkelompok tambahan kecil di Inggris berjumlah 2.741 yang diberi setengah dosis vaksin, diikuti dengan dosis penuh empat minggu kemudian .
 
Para peneliti telah menunjukkan bahwa tidak ada sukarelawan dalam uji coba yang mendapat vaksin menjadi sakit parah atau dirawat di rumah sakit.
 
“Sangat penting untuk dicatat bahwa dalam 21 hari setelah vaksinasi pertama, tidak ada yang dirawat di rumah sakit dengan covid-19 atau menderita covid parah dan itu hanya setelah satu dosis -,itu setelah satu dosis dalam uji coba ini,- tidak ada rawat inap ke rumah sakit, dan itu adalah hasil yang benar-benar besar untuk manfaat kesehatan masyarakat,” ujar Prof Sarah Gilbert, yang memimpin penelitian di University of Oxford, mengatakan pada saat publikasi hasil lengkapnya, seperti dikutip Guardian, Rabu 30 Desember 2020.
 
Vaksin Oxford-AstraZeneca sangat penting untuk harapan mengimunisasi orang-orang yang paling rentan di seluruh dunia. Para peneliti dan produsen telah berupaya untuk melakukan semua yang mereka bisa agar dapat diakses secara global, dengan harga rendah serta tidak perlu penyimpanan dalam kondisi di bawah nol. Mereka telah berkomitmen untuk membuat  tiga miliar dosis pada 2021.
 
Uji coba vaksin masih berlangsung untuk mengumpulkan lebih banyak data. AstraZeneca menjalankan uji coba besar-besaran di AS dan diperkirakan regulator AS, Food and Drug Administration (FDA), tidak akan menyetujui vaksin tersebut hingga selesai. FDA juga telah mencari lebih banyak data tentang perlindungan yang diberikan vaksin kepada orang tua dan kelompok minoritas kulit hitam dan etnis.

Indonesia amankan 50 Juta dosis

Indonesia berhasil mengamankan tambahan 100 juta dosis vaksin virus korona (covid-19). Vaksin ini didapat dari dua perusahaan berbeda, yakni AstraZeneca dan Novavax.
 
Sebelumnya pada awal Desember lalu, Indonesia telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin buatan Sinovac.
 
"Hari ini, kita (Indonesia) berhasil mengamankan suplai vaksin, yaitu dari AstraZeneca dan Novavax, masing-masing sebesar 50 juta dosis," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam jumpa pers virtual bersama BioFarma, Rabu, 30 Desember 2020.
 
Menurutnya, Indonesia termasuk satu dari sedikit negara yang telah mengamankan vaksin untuk keperluan dalam negeri. Menlu Retno menuturkan, dari jalur multilateral, diplomasi vaksin Indonesia terus berjalan.
 
"Kita berkomunikasi dan berkoordinasi dengan WHO, GAVI, dan lain-lain dalam rangka mengamankan akses vaksin melalui mekanisme COVAX-AMC (Advance Market Commitment) dengan range perkiraan perolehan adalah 3 sampai 20 persen jumlah penduduk," imbuhnya.
 
Menlu Retno menambahkan, semua diplomasi yang dilakukan sejalan dengan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara dan sebagai wujud tanggung jawab Indonesia kepada dunia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan