Berdasarkan Survei Real Clear Politics, Biden unggul di 12 negara bagian Amerika Serikat. Sementara Trump unggul di dua negara bagian, yakni Ohio dan Texas.
Meski demikian, kepopuleran Biden bisa berbanding terbalik saat hasil pemilu keluar. Hal ini terjadi empat tahun lalu, saat Trump berhadapan dengan Hillary Clinton.
Clinton unggul jauh dari Trump kala itu. Namun, saat penghitungan suara dilakukan Trump yang keluar sebagai pemenangnya dan menjadi presiden Amerika Serikat.
Kala itu Trump menang di 10 negara bagian, sedangkan Clinton hanya di empat negara bagian saja.
Mengapa bisa demikian? Jawabannya adalah karena electoral college. Jadi, ketika warga AS memberikan suaranya dalam Pilpres 3 November mendatang, mereka sebenarya memberikan suara kepada kelompok petugas yang menentukan electoral college vote, kelompok orang itu disebut dengan elector.
Electoral college ini yang nantinya menjadi penentu siapa pemenang dalam pilpres. Para pemangku electoral college ini bertemu setiap empat tahun sekali, beberapa pekan sebelum hari pemungutan suara untuk menjalankan tugasnya.
Jumlah elector dari setiap negara bagian dianggap bisa mewakili dari seluruh jumlah populasi. Hingga saat ini ada 538 elector secara total.
California menjadi negara bagian yang memiliki electoral college yang besar, yakni mencapai 55. Sementara negara bagian yang populasinya tidak terlalu banyak seperti Wyoming, Alaska dan North Dakota serta Washington DC memiliki electoral college minimal tiga.
Setiap elector mewakili satu electoral vote dan setiap kandidat calon presiden membutuhkan suara mayoritas mencapai 270 atau lebih untuk memenangkan pilpres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News