Di Arab Saudi, Biden akan mencoba memulihkan hubungan dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, pemimpin de facto kerajaan yang pernah disebut orang nomor satu di Washington sebagai seorang "pariah" terkait pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Dilansir dari The Japan Times, pulihnya hubungan AS-Arab Saudi diharapkan mendorong produksi minyak yang dapat membantu menurunkan harga bahan bakar di Negeri Paman Sam.
Namun sebuah kesepakatan dengan Arab Saudi masih perlu diupayakan, dan di waktu bersamaan juga harus dilakukan secara hati-hati pemulihan hubungan terkait kasus Khashoggi sudah dipastikan menyinggung isu hak asasi manusia.
Kunjungan Biden ke Israel diyakini lebih mudah ketimbang Arab Saudi, walau tetap dibayang-bayangi kasus pembunuhan jurnalis AS-Palestina Shireen Abu Akleh dan program nuklir Iran. Keluarga Shireen dikabarkan ingin bertemu langsung Biden saat sang presiden tiba di Israel.
Baca: Keluarga Shireen Abu Akleh Minta Bertemu Langsung dengan Biden
"Kami menekankan bahwa kawasan (Timur Tengah) masih penuh dengan tantangan dan ancaman," ucap penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan.
Bagi Biden, tujuan utama dalam tur ini adalah meyakinkan negara-negara Teluk Persia, terutama Arab Saudi, dalam meningkatkan produksi minyak demi menurunkan harga bahan bakar di dalam negeri.
Gedung Putih berkukuh bahwa cakupan kunjungan Biden jauh lebih luas ketimbang hanya seputar harga bahan bakar. Washington mengatakan bahwa AS hanya akan menyampaikan pandangan umum kepada Arab Saudi dan negara-negara Teluk bahwa pasokan minyak di pasar global perlu ditingkatkan tanpa menyebut angka secara spesifik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News