Ancaman sanksi yang tidak biasa ini disampaikan Biden di saat NATO menyiagakan pasukannya dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan pesawat jet tempur. Langkah itu merupakan respons atas Rusia yang terus meningkatnya jumlah pasukannya di dekat perbatasan Ukraina.
Rusia membantah akan menginvasi Ukraina, dan mengatakan krisis saat ini justru dipicu aksi-aksi AS dan NATO. Rusia mengaku hanya ingin meminta jaminan dari Barat, termasuk janji NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina sebagai anggota.
Serangkaian langkah diplomatik telah dilakukan untuk menurunkan ketegangan, namun gagal mencapai terobosan. Biden, yang telah lama mengancam sanksi ekonomi terhadap Rusia, meningkatkan peringatannya dengan sanksi personal.
Jika Rusia mengerahkan dari 100 ribu prajuritnya ke Ukraina, Biden mengatakan hal itu akan menjadi "invasi terbesar sejak Perang Dunia II" dan akan "mengubah dunia."
Saat ditanya awak media apakah dirinya akan menjatuhkan sanksi personal kepada Putin jika Rusia menginvasi Ukraina, Biden menjawab: "Iya. Saya akan mempertimbangkannya."
Saksi personal terhadap pemimpin negara merupakan hal langka namun pernah dilakukan AS sebelumnya. Mereka yang pernah terkena sanksi seperti itu adalah Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan tokoh Libya Moamar Gaddafi.
Rusia mengatakan krisis saat ini diperparah langkah-langkah yang diambil AS atau NATO. Moskow menegaskan ketegangan isu Ukraina meningkat bukan karena penumpukan pasukannya di perbatasan, tapi karena langkah atau pernyataan AS dan NATO.
Selasa kemarin, Biden mengatakan bahwa dirinya mungkin akan mengerahkan pasukan dalam jangka pendek, tapi bukan secara langsung ke Ukraina karena Kiev bukan anggota NATO.
"Tidak akan ada pasukan Amerika yang masuk ke Ukraina," tutur Biden.
Baca: Ketegangan Rusia-Ukraina Meningkat, AS Siagakan 8.500 Prajurit
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News