Deputi Menlu AS Wendy Sherman (kiri) dan Deputi Menlu Rusia Sergei Ryabkov dalam pertemuan isu Ukraina di Jenewa, Swiss, Senin, 10 Januari 2022. (DENIS BALIBOUSE / POOL / AFP)
Deputi Menlu AS Wendy Sherman (kiri) dan Deputi Menlu Rusia Sergei Ryabkov dalam pertemuan isu Ukraina di Jenewa, Swiss, Senin, 10 Januari 2022. (DENIS BALIBOUSE / POOL / AFP)

AS dan Rusia Masih Berselisih Soal Ukraina Usai Pertemuan di Jenewa

Willy Haryono • 11 Januari 2022 06:40
Jenewa: Amerika Serikat (AS) dan Rusia belum menunjukkan tanda-tanda mempersempit perselisihan paham mereka atas isu Ukraina dan keamanan Eropa usai berlangsungnya pertemuan di Jenewa, Swiss, Senin, 10 Januari 2022. Rusia mengulang beberapa permintaan mereka, namun AS menolaknya.
 
Rusia telah menumpuk pasukan di dekat perbatasan Ukraina sembari meminta AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk tidak menerima negara pecahan Uni Soviet sebagai anggota, dan juga tidak memperluas pengaruh militer ke wilayah tengah dan timur Eropa.
 
"Sayangnya, kami memiliki disparitas besar dalam hal prinsip-prinsip pendekatan penyelesaian masalah. AS dan Rusia memiliki beberapa pandangan bertentangan mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan," kata Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kepada awak media, dilansir dari Al Jazeera.

Pertemuan di Jenewa berlangsung lebih dari tujuh jam. Ryabkov mengatakan delegasi Moskow "menilai kubu Amerika terlihat tengah mempertimbangkan proposal Rusia dengan sangat serius."
 
Deputi Menlu AS Wendy Sherman mengatakan, "kami menegaskan posisi bahwa proposal keamanan (Rusia) bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan titik awal bagi Amerika Serikat."
 
Sherman mengatakan kepada para reporter di Jenewa bahwa AS menawarkan "sejumlah ide mengenai bagaimana kedua negara kita dapat mengambil beberapa langkah yang sama-sama menguntungkan kepentingan keamanan serta meningkatkan stabilitas strategis."

Peringatan AS Soal Potensi Invasi

AS dan Ukraina mengatakan sekitar 100 ribu personel militer Rusia mungkin sedang mempertimbangkan invasi baru, delapan tahun setelah Negeri Beruang Merah mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina.
 
Jika Rusia menginvasi, "akan ada konsekuensi dan harga signifikan yang harus dibayar, jauh melebih tahun 2014," tegas Sherman.
 
Baca:  Biden Janjikan Ukraina 'Respons Cepat' Jika Rusia Melancarkan Invasi
 
Rusia membantah rencana invasi, dan mengaku hanya mengambil langkah untuk merespons perilaku agresif NATO dan Ukraina, yang dipandang semakin condong ke arah Barat dan ingin bergabung ke aliansi tersebut.
 
Ryabkov mengecam ancaman AS terhadap Rusia sebagai "upaya pemerasan dan intimidasi," namun menegaskan Moskow tetap berkomitmen untuk "melanjutkan dialog."
 
"Saya rasa masih ada harapan di tengah situasi seperti ini," ungkap Ryabkov.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan