Tikhanovskaya mengatakan kepada BBC bahwa jika gerakan oposisi ini berakhir, maka ia dan semua pendukungnya akan menjadi "budak" di bawah kepemimpinan petahana Alexander Lukashenko.
Aksi protes berskala masif di Belarusia terus berlanjut sejak pilpres yang digelar pada 9 Agustus lalu. Namun hingga kini Lukashenko masih belum memperlihatkan tanda-tanda menyerah, meski ia sempat menawarkan perpindahaan kekuasaan melalui referendum.
Lukashenko bertekad akan menghentikan aksi protes berujung kekerasan di Belarusia dalam beberapa hari ke depan. Menurut Tikhanovskaya, banyak warga Belarusia yang mendukungnya bukan sebagai calon presiden, namun "simbol perubahan."
"Mereka berteriak-teriak di jalan demi masa depan. Mereka ingin hidup di negara bebas tanpa aksi kekerasan," kata Tikhanovskaya dalam wawancara bersama BBC, Jumat 21 Agustus 2020.
Meski aksi protes saat ini berjalan mandek, lanjut Tikhanovskaya, mereka semua tetap meneruskannya.
"Kami tidak bisa mundur. Jika mundur, maka kami akan menjadi budak, dan semua orang sudah memahami hal ini. Kami yakin akan meneruskan perjuangan ini hingga akhir," ungkap ibu rumah tangga itu.
Sebelumnya dalam sebuah video, Tikhanovskaya meminta para pendukungnya untuk meneruskan unjuk rasa meski ada "intimidasi" dari otoritas Belarusia. Di sisi lain, Lukashenko berkukuh krisis saat ini akan segera berakhir.
"Ini adalah masalah saya, yang sudah seharusnya saya selesaikan," sebut Lukashenko dalam kunjungan ke sebuah pabrik makanan. "Percayalah, dalam beberapa hari ke depan, masalah ini akan selesai," pungkas dia.
Komisi Elektoral Belarusia menyatakan Lukashenko meraih 80,1 persen suara dalam pilpres lalu, sedangkan Tikhanovskaya hanya 10,12 persen. Tikhanovskaya berkukuh jika surat suara dihitung dengan benar, seharusnya ia mendapat 60 hingga 70 persen suara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News