"Eksploitasi yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok atas kematian tragis George Floyd sekali lagi telah memperlihatkan sikap asli mereka," tulis Pompeo di Twitter, dilansir dari Guardian, Minggu 7 Juni 2020.
Sebelumnya, Tiongkok menyindir AS dengan menggunakan kata-kata terakhir Floyd, yakni "saya tidak bisa bernapas." Sindiran disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying via Twitter.
"Saya tidak bisa bernapas," tulis Hua, mengutip kembali kata-kata terakhir Floyd saat lehernya ditindih seorang polisi bernama Derek Chauvin di Minneapolis.
Sindiran dilayangkan untuk membalas kritikan AS terhadap respons Tiongkok dalam menangani gelombang protes pro-demokrasi di Hong Kong. AS menuding Tiongkok bertindak sewenang-wenang dalam membungkam aksi para pengunjuk rasa di Hong Kong.
Dengan mengutip kata-kata terakhir Floyd, Tiongkok ingin menunjukkan bahwa AS menerapkan standar ganda dalam penanganan gelombang unjuk rasa di seantero Negeri Paman Sam.
Merespons hal tersebut, Pompeo menegaskan ada perbedaan kontras antara Tiongkok dan AS.
"Di Tiongkok, saat dokter dan jurnalis memperingatkan bahaya penyakit baru, (Partai Konunis Tiongkok) membungkam dan menghilangkan mereka. Di Amerika Serikat, kami menjunjung tinggi nyawa manusia dan sistem transparan," tegas Pompeo.
Kematian Floyd pada 25 Mei telah memicu aksi protes masif di seantero AS dan sejumlah negara lain.
Gelombang protes masih berlangsung hingga akhir pekan ini, meski intensitasnya tidak setinggi pekan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News