Guterres menegaskan bahwa tindakan Rusia melanggar Piagam PBB dan hukum internasional, sebagaimana tercantum dalam pernyataan resmi PBB setelah pertemuan tersebut.
Dalam kesempatan pertama bertemu sejak April 2022, Guterres mendesak di hadapan Putin untuk menuntut perdamaian yang adil di Ukraina sesuai dengan Piagam PBB dan resolusi Majelis Umum. Sekjen PBB yang baru saja mengunjungi Rusia di tengah serangan intensif terhadap kota-kota Ukraina terlihat berjabat tangan dengan Putin sebelum pertemuan berlangsung.
“Kita membutuhkan perdamaian di Ukraina. Perdamaian yang adil sesuai dengan Piagam PBB, hukum internasional, dan resolusi Majelis Umum PBB,” kata Guterres dikutip dari Radio Free Europe, Jumat, 25 Oktober 2024.
Seruan Guterres di KTT ini menuai kritik keras dari Ukraina. Kementerian Luar Negeri Ukraina menyampaikan kecaman lewat media sosial X, mengungkapkan kekecewaan karena Guterres menolak undangan ke KTT Perdamaian Global di Swiss namun hadir di Kazan, Rusia.
"Sudah tahun ketiga perang, dan Sekretaris Jenderal PBB berjabat tangan dengan seorang pembunuh," tulis Navalnaya di X.
Yulia Navalnaya, tokoh oposisi Rusia, turut melontarkan kritik terhadap pertemuan tersebut, menyebut Putin sebagai pembunuh. Ia menyalahkan Putin atas kematian suaminya, politisi oposisi Aleksei Navalny, yang meninggal di penjara Rusia pada Februari lalu.
KTT BRICS di Kazan dihadiri oleh perwakilan dari negara-negara utama dunia berkembang, termasuk Iran dan Turki, serta 36 negara lainnya. Rusia mengklaim pertemuan ini sebagai simbol kekuatan dan dukungan internasional meski terus menghadapi sanksi besar dari Barat. (Angel Rinella)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News