Puluhan pengunjuk rasa, beberapa di antaranya membawa bendera Palestina, meneriakkan slogan seperti "Amsterdam menolak genosida" dan "Bebaskan Palestina". Polisi anti-huru-hara mengepung mereka, menahan, dan membawa mereka ke dalam bus.
Polisi Amsterdam telah memperluas kewenangan razia di tengah kondisi darurat yang diterapkan hingga Kamis, menahan atau mengusir ratusan demonstran sejak bentrokan terjadi pekan lalu.
"Kami mengatakan: Bebaskan Palestina. Hentikan pembunuhan orang tak berdosa. Hentikan pembunuhan anak-anak," ujar Max van den Berg, 32, seorang demonstran yang menyerukan agar Belanda menghentikan dukungannya terhadap Israel, dilansir dari Asia One, Kamis 14 November 2024.
Israel menyangkal tuduhan genosida di Gaza dan menegaskan bahwa serangan militer yang dilakukan ditargetkan kepada militan Hamas Palestina, yang menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, lebih dari 43.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel, sementara sebagian besar wilayah Gaza hancur.
Departemen Kepolisian Amsterdam menyatakan bahwa para penggemar Maccabi menyerang sebuah taksi, membakar bendera Palestina, dan dikejar serta dipukuli oleh kelompok anti-Israel yang menggunakan skuter setelah ada seruan online untuk para pengemudi taksi.
Sebanyak lima orang mengalami luka-luka dan telah dirawat serta diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Polisi mengawal ratusan penggemar Maccabi kembali ke hotel mereka.
Politisi Israel dan Belanda mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan anti semitisme, merujuk pada sejarah penganiayaan terhadap orang Yahudi pada Perang Dunia II. Para pendukung Palestina menanggapi bahwa aksi tersebut adalah balasan atas serangan yang dilakukan oleh penggemar Maccabi dan slogan-slogan anti-Arab yang provokatif.
Sedangkan empat dari 62 tersangka yang ditahan selama bentrokan, termasuk 10 warga Israel, masih berada dalam tahanan. Polisi masih mencari beberapa tersangka lainnya.
Belanda telah mengalami peningkatan insiden antisemitisme sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober tahun lalu.
Kurang dari satu persen populasi Amsterdam beragama Yahudi setelah Holocaust, sementara sekitar 15 persen penduduknya adalah Muslim, yang sebagian besar merupakan generasi pertama dan kedua dari imigran asal Afrika Utara dan Timur Tengah.
Penangkapan tambahan dilakukan saat kerusuhan pada Senin malam di kawasan Barat Amsterdam, yang mayoritas penduduknya adalah imigran dan di mana pemuda keturunan Maroko-Belanda bersimpati pada Palestina di Gaza. (Muhammad Reyhansyah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News