"Situasi di sana sedang kita diamati secara seksama," kata Trump dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Washington.
"Kita mempunyai hubungan baik di area tersebut. Kita lihat saja, apakah nanti kita bisa menghentikan (konflik bersenjata) di sana," sambung dia, dilansir dari Al Jazeera, Senin 28 September 2020.
Kementerian Luar Negeri AS mengecam meletusnya kembali konflik Armenia-Azerbaijan. Kemenlu AS menyerukan penghentian segera segala bentuk kekerasan dan retorika yang dapat memperburuk situasi.
Calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengatakan bahwa pertempuran di Nagorno-Karabakh dapat meningkat menjadi konflik berskala besar. Ia mendorong pemerintahan Trump untuk mengirim lebih banyak pengawas di sepanjang perbatasan Armenia-Azerbaijan.
Tidak hanya itu, Biden juga menyerukan kepada Rusia untuk "berhenti memasok senjata kepada kedua kubu."
Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaiijan usai keruntuhan Uni Soviet di tahun 1991, usai terjadinya pertempuran yang menewaskan sekitar 30 ribu orang. Wilayah tersebut diakui komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai grup etnis Armenia.
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan, serangan terhadap permukiman sipil di Nagorno-Karabakh, termasuk ibu kota Stepanakert, terjadi pada Minggu pukul 08.10 waktu setempat.
Seorang perempuan dan anak kecil dikabarkan tewas dalam serangan. Otoritas separatis di Nagorno-Karabakh mengatakan, 16 anggota mereka juga tewas dalam serangan, dengan 100 lainnya terluka.
Armenia mengaku telah menembak jatuh dua helikopter dan tiga drone, serta menghancurkan tiga tank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News