"Saya berkomitmen memperkuat mekanisme ini demi membangun langkah-langkah yang dapat mendorong rasa kepercayaan komprehensif," ujar Stoltenberg, dilansir dari laman Yeni Safak pada Rabu, 2 Desember 2020.
"NATO siap mengurangi ketegangan. NATO mendukung inisiatif Jerman untuk menyelesaikan krisis ini," sambungnya.
Hubungan Turki dan Yunani memburuk usai Athena menentang langkah Ankara yang mengirimkan beberapa kapal ke Mediterania Timur untuk kepentingan eksplorasi sumber daya alam.
Pernyataan Stoltenberg mengenai Turki dan Yunani disampaikan dalam konferensi pers di Brussels usai berlangsungnya pertemuan menteri pertahanan 30 negara anggota. Dalam pertemuan Menhan NATO, dibahas mengenai proyek 2030, meningkatnya kapasitas militer Rusia, kebangkitan Tiongkok, dan misi NATO di Afghanistan.
Baca: Tiongkok Siap Berbicara dengan NATO Terkait Kekuatan Militer
Mengenai Afghanistan, Stoltenberg mengatakan bahwa menhan-menhan NATO berkomitmen untuk melanjutkan misi dan mendukung pasukan keamanan lokal dalam memerangi terorisme.
Namun mengenai penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Stoltenberg mengatakan bahwa NATO menghadapi dilema.
"Jika kita tetap tinggal, maka ada risiko pertempuran akan berlangsung lebih lama lagi. Jika kita pergi, ada risiko Afghanistan sekali lagi akan menjadi tempat persembunyian bagi teroris internasional," sebut Stoltenberg.
"Ada harga yang harus dibayar jika kita tinggal, dan juga ada harga yang harus dibayar jika kita pergi terlalu cepat," sambungnya.
Stoltenberg mengatakan, keputusan final NATO mengenai Afghanistan akan disampaikan pada Februari tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News