“Terus terang, gangguan dan intimidasi, tidak ada tempat (untuk pro Palestina) di universitas tersebut dan tentunya tidak ada tempat di perusahaan seperti ExxonMobil,” kata Woods dalam wawancara CNBC, dikutip dari Anadolu, Senin, 6 Mei 2024.
“Kami tidak akan mendatangkan orang-orang seperti itu ke dalam perusahaan kami,” sambung Woods.
Woods menambahkan jika tindakan atau protes tersebut mencerminkan nilai kampus mereka, pihak ExxonMobil tidak akan tertarik merekrut mahasiswa dari universitas tersebut
Pembawa acara Shark Tank dan pengusaha Kevin O'Leary memiliki pandangan terbuka mengenai konsekuensi yang mungkin dihadapi seorang mahasiswa demonstran setelah lulus kuliah.
O'Leary menjelaskan kinerja artificial intelligence (AI) dapat mengidentifikasi setiap pengunjuk rasa dari sebuah rekaman video yang diambil saat demonstrasi di universitas.
“Orang-orang ini kacau,” ujar O’Leary dalam wawancara bersama Fox News pada awal pekan.
“Semua (video) yang diambil sekarang adalah 1080p atau 4K, bahkan kamera pengintai. Setiap gambar termasuk malam hari, dapat masuk ke generator AI dan akan memberitahu siapa individu tersebut,” jelas O’Leary.
Pengusaha itu mengaku dirinya mempekerjakan ribuan orang di berbagai perusahaannya. Bahkan, pihaknya dapat memeriksa latar belakang demonstran tersebut melalui dark web atau situs gelap.
"Dalam beberapa minggu, saya akan menemukan penyebab ini akan ada di sana pada web gelap," lanjut O'Leary sambil menunjuk dua tumpukan resume.
“Saya bisa mendapatkan bakat orang yang sama dalam tumpukan ini yang tidak membakar apapun,” tambah O’Leary.
Ia mengaku tidak peduli universitas demonstran yang mendukung Palestina ataupun seseorang yang membakar sebuah bendera, serta tidak akan pernah tahu demonstran tidak mendapatkan hipotek (surat pernyataan berutang).
“Anda tidak akan pernah tahu demonstran tidak mendapatkan pekerjaan itu karena kami melihatmu sekarang dan yang kamu perlukan hanyalah membuka matamu dengan gambar 4K baru dan seumur hidupmu, kamu akan berada di tumpukan (resume) ini,” ungkap.
Langkah hukum
Sementara itu, pengacara Alan Dershowitz bersumpah akan mengambil setiap langkah hukum yang diperlukan untuk menghukum demonstran mahasiswa yang terlibat dalam tindakan yang diduga antisemitisme atau berprasangka buruk kepada Yahudi.Ia menyebut demonstran sebagai fanatik, antisemit, dan berpotensi menjadi teroris yang kejam.
“Kami akan menuntut mereka dan kamar asrama mereka akan disita. Kami akan mengambil mobil dan boombox mereka. Kami akan membuat mereka bangkrut,” kata Dershowitz dalam sebuah wawancara bersama Newsmax.
“Kami akan melakukan apapun yang diperlukan berdasarkan hukum untuk mengajukan tuntutan hukum ini, menyukseskannya, dan mencegah serangan 7 Oktober,” sambungnya mengacu pada serangan lintas batas tahun lalu yang dilakukan kelompok Palestina dari Gaza ke Israel.
Demonstrasi mahasiswa dimulai pada 17 April 2024 di Universitas Columbia untuk memprotes serangan Israel di Gaza.
Lebih dari 34.600 warga Palestina telah terbunuh dan 77.700 warga lainnya terluka sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Protes tersebut menjadi titik terang bagi gerakan yang lebih luas untuk memprotes perang genosida Israel di Gaza.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang menyebabkan 34.622 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 77.867 orang terluka sejak 7 Oktober 2023.
Selain itu, Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas yang mengakibatkan hampir 1.200 orang tewas.
Menurut PBB, 85 persen penduduk daerah tersebut terkena dampak perang sehingga mereka mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Sementara itu, 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut juga telah rusak atau hancur.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara bulan Januari mengatakan bahwa Israel benar melakukan genosida di Gaza.
Selain itu, Israel juga memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan tersebut dan mengambil tindakan dalam menjaminkan sebuah bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza. (Theresia Vania Somawidjaja)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News