Di Israel, berita tentang empat sandera yang diselamatkan dari Gaza disambut dengan sorak-sorai massa dan adegan-adegan penuh air mata saat keluarga-keluarga bersatu kembali. Para pejabat memuji operasi tersebut sebagai sesuatu yang ajaib dan heroik, dan menawarkan kemenangan langka bagi Perdana Menteri Israel yang tengah berjuang mempetahankan kekuasaan, Benjamin Netanyahu.
Namun, operasi itu mengorbankan ratusan warga Palestina, yang menderita salah satu hari paling berdarah di Gaza. Video yang direkam oleh kru NBC News di lapangan menunjukkan jalanan dipenuhi mayat-mayat hangus, para penyintas mengumpulkan potongan-potongan tubuh ke dalam karung. Para penyelamat membawa anak-anak yang terluka dan berlumuran darah ke rumah sakit yang penuh dengan korban luka.
Baca: Serangan Israel ke Kamp Nuseirat, Turut Tewaskan 64 Anak-anak. |
Pada Minggu, kegembiraan di Israel mulai memudar dan berganti dengan kenyataan perang yang telah berlangsung selama sembilan bulan dan keretakan serta perpecahan yang mendalam sebagian besar tidak berubah akibat penyelamatan tersebut.
“Apa yang kita lihat kemarin sebenarnya adalah kegagalan negosiasi,” kata Yossi Mekelberg, seorang peneliti asosiasi di Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House, dalam sebuah wawancara telepon dengan NBC News.
“Jika ada gencatan senjata, para sandera ini pasti sudah berada di rumah, dan warga sipil yang terbunuh kemarin pasti masih hidup,” kata Mekelberg.
Kehancuran yang terjadi selama penyelamatan tersebut sepertinya tidak akan meredakan isolasi Israel dari komunitas internasional yang telah mengecam Israel selama berbulan-bulan atas jumlah korban tewas warga sipil di Gaza.
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Francesca Albanese mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia “Lega bahwa empat sandera telah dibebaskan tetapi itu seharusnya tidak mengorbankan warga Palestina.”
Albanese mengklaim bahwa Israel dapat membebaskan semua sandera dalam sebuah kesepakatan di awal perang, tetapi telah "menolak untuk terus menghancurkan Gaza dan warga Palestina sebagai suatu bangsa."
"Ini adalah niat genosida yang berubah menjadi tindakan," kata Pelapor PBB itu.
"Sangat jelas,” tegas Albanese.
Wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel menyerang Albanese di X, mengatakan bahwa "dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap Hamas dan penculik warga sipil Palestina benar-benar merupakan sebuah karya seni yang mengerikan."
Netanyahu pantas dikecam
Para sandera yang diselamatkan adalah Noa Aragmani, 25 tahun; Almog Meir Jan, 21 tahun; Andrey Kozlov, 27 tahun dan Shlomi Ziv, 40 tahun. Mereka termasuk di antara mereka yang diculik oleh Hamas selama festival musik Nova pada 7 Oktober.Setelah sembilan bulan ditawan, beberapa reuni terasa pahit sekaligus manis. Ayah Meir, Yossi, meninggal beberapa jam sebelum putranya diselamatkan.
Aragmani dipertemukan kembali dengan ibunya, Liora yang menderita kanker otak stadium akhir. Ayahnya, Yaakov, menangis saat menceritakan reuni mereka dalam sebuah wawancara pagi ini dengan radio Angkatan Darat Israel.
"Sayangnya ibu Noa berada dalam situasi yang sangat buruk, dia hampir tidak melihat Noa, itu bukan reaksi yang saya harapkan bahwa setelah delapan bulan ini akan menjadi pertemuan mereka. Itu sangat sulit," katanya.
Netanyahu juga dikecam di Israel atas perilakunya setelah dia berbicara di telepon dengan Aragmani setelah penyelamatannya.
“Netanyahu ingin menikmati kesuksesan, tetapi ketika ada pengumuman tentang lima tentara yang tewas beberapa minggu lalu, dia tidak mau mengangkat telepon," kata Mekelberg.
Pemimpin oposisi Yair Lapid telah mengecam Perdana Menteri karena bertemu dengan keluarga korban yang diselamatkan sementara mengabaikan keluarga korban yang tewas.
"Jika Anda perdana menteri, Anda adalah perdana menteri yang sukses dan gagal," kata Lapid kepada penyiar publik Kan.
"Menghilang saat keadaan tidak berjalan sesuai keinginan Anda adalah hal yang memalukan, tetapi apakah ini sesuatu yang tidak kita ketahui sebelumnya?,” pungkas Lapid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News