PON XX Papua. Foto: ANTARA News Papua/PB-PON Papua.
PON XX Papua. Foto: ANTARA News Papua/PB-PON Papua.

Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman Gelar Diskusi Terbuka untuk Luruskan Polemik PON

Andi Tinellung • 16 Juni 2021 20:46
Berlin: Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman (PMP Jerman) menginisiasi Forum Diskusi Terbuka yang bertajuk “Polemik PON di Mata Generasi Muda Papua: Hanya Sebatas Representasi – Promosi?”. Diskusi terbuka ini digelar untuk meluruskan polemik Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua.
 
Dalam keterangan tertulisnya kepada Medcom.id, Rabu, 16 Juni 2021, Forum Diskusi Terbuka ini dihadiri oleh Ketua Bidang II PB PON XX Bapak Roy Letlora, komika asal timur Indonesia Arie Kriting, produser sekaligus musisi asal Papua Stephen Wally, serta perwakilan suara perempuan Papua yaitu Jeni Karay influencer asal Jayapura dan Co-Founder Papua Muda Inspiratif Meilaine Osok sebagai pembicara. 
 
Selain itu, hadir juga artis-artis asal Papua seperti Putri Nere dan Michael Jakarimilena, perwakilan beberapa Organisasi Mahasiswa Papua dan diaspora Papua yang berada di dalam maupun luar negeri.

"Harapan kami dari Forum Diskusi Terbuka ini, kita semua bisa meluruskan polemik yang ada saat ini dan mencari solusi bersama, karena kita semua ingin PON ini berjalan dengan baik dan (Papua) bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk PON 2021. Seperti Motto PON XX Papua Torang Bisa!, hari ini kita ingin buktikan bahwa torang (kita) juga bisa menyelesaikan polemik dengan cara yang bijaksana dan elegan," jelas Reza Dani Rumbiak selaku Ketua Pelaksana dalam sambutannya pada diskusi yang berlangsung secara daring ini.
 
Stephen Wally membuka diskusi dengan menjawab pertanyaan dari Moderator tentang pemilihan ikon PON. Ia menjelaskan pendapatnya tentang definisi dari kata ikon itu sendiri dan pentingnya menjadikan wanita asli Papua sebagai ikon untuk PON Papua.
 
"Ikon menurut katanya sendiri artinya adalah ciri, gambar, representasi dari sebuah identitas. Karena ini merupakan perayaan PON di Papua, akan lebih cocok ketika ada seorang perempuan (Papua) yang mewakili identitas, warna, dan kultur yang hadir sebagai ikon PON XX di Papua," jelas Stephen .
 
Sejalan dengan Stephen, Arie pun menilai bahwa PON Papua bisa menjadi panggung yang baik untuk perempuan Papua yang menurutnya selama ini sangat kurang mendapat kesempatan untuk tampil dan menunjukan jati diri mereka. 
 
"Perempuan Papua itu cantik dengan perbedaan karakternya sendiri. Ini (PON) adalah etalase yang tepat. Ini merupakan panggung yang tepat untuk menjadi ikon bagi diri mereka sendiri," tegas Arie.
 
Sebagai perwakilan dari PB PON Papua dan yang berwenang dalam mempromosikan PON, Roy Letlora sangat mengapresiasi dan menanggapi positif saran yang disuarakan oleh Stephen Wally dan Arie Kriting kepada PB PON. Ia memastikan akan mengevaluasi kembali penggunaan kata “Ikon” dalam PON XX Papua. 
 
"Afirmasi orang Papua itu sudah harga mati bagi kita. Saya dan panitia sendiri akan melakukan evaluasi terhadap istilah (ikon) ini," ujar Roy.
 
Menjawab isu representatif perempuan Papua, Roy menegaskan saat ini ia dan tim sedang melakukan proses seleksi untuk mencari Duta PON wanita asli Papua sebagai pendamping Boaz Solossa yang sudah lebih dulu ditunjuk menjadi Duta PON XX Papua. 
 
"Jujur aja saya lagi seleksi itu untuk tandemnya Boaz untuk sebagai pasangan dia, untuk sebagai duta PON. Cuma memang betul, kita mencari sosok/figur seorang wanita Papua untuk menjadi nomor satu yang mewakili itu tidak mudah. Ada kakak Lisa Rumbewas yang dari angkat berat, ada Nowela, banyak itu," lanjut Roy. 
 
Baca juga: Gubernur Papua Minta Seluruh Komponen Meningkatkan Fokus Jelang PON xx
 
“Nanti Nowela ini, tanggal 24 Juni ini, dia sudah muncul, 100 hari countdown, terus ada lagi putri Ekowisata. Nah, mereka itu sudah kita rancang”, ujarnya.
 
Meilaine Osok, putri asli Papua yang juga terlibat dalam kepanitiaan PON Papua menerangkan bahwa sebenarnya sudah banyak orang Papua termasuk wanita Papua yang terlibat di dalam penyelenggaraan PON. 
 
"Saya juga salah satu perempuan Papua yang terlibat dalam acara ini, perempuan Papua, kulit hitam, rambut keriting. Di dalam acara PON ini banyak sekali perempuan Papua yang sudah ada di sana bekerja, mungkin tidak terlihat. Tapi kita yang menyusun acara," jelas Meilaine.
 
Roy menegaskan kembali bahwa PON Papua memang milik orang Papua dan memihak sepenuhnya kepada masyarakat Papua. Hal ini ditunjukan dengan memprioritaskan produk asli Papua dan UMKM milik orang Papua untuk mendapatkan tempat pada venue-venue yang tersedia. 
 
"Saat penyelenggaraan PON itu semua unsur, UMKM yang ada di Papua di klaster-klaster terutama, itu menjadi prioritas utama untuk masuk ke venue-venue untuk dijual. Kita hanya mengizinkan yang asli papua, produk asli papua, mulai dari noken segala macam itu masuk ke venue sebagai souvenir yang akan dijual, dan yang jual juga masyarakat asli Papua tidak boleh orang lain karena (tempatnya) terbatas," tegas Roy.
 
Selain itu mengenai peluang anak-anak Papua untuk mengambil bagian dalam PON XX Papua, Roy menginformasikan bahwa mereka masih membutuhkan 15.000 relawan PON dan memprioritaskan masyarakat asli Papua. 
 
"Kan kita ada butuh 30.000 volunteer untuk pada saat pelaksanaan PON nanti. Jadi ada website yang bisa kita buka dan kita daftar. Kita ini baru (mendapatkan) 15.000 (relawan) untuk 4 klaster, jadi masih ada setengahnya lagi yang kita butuh," tambah Roy Letlora.
 
"Teman-teman mari kita saling berangkulan, bergandengan, satu untuk Papua, Torang Bisa!," pungkas Roy.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan