Mereka mendesak Taliban untuk membatalkan keputusan tersebut.
Pernyataan bersama dari para menteri luar negeri Inggris, Kanada, Prancis, Italia, Norwegia dan AS, ditambah perwakilan tinggi Uni Eropa, mengatakan keputusan Taliban hanya akan merusak prospek legitimasi kelompok itu untuk diakui keberadaannya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Tindakan Taliban bertentangan dengan jaminan publik kepada rakyat Afghanistan dan masyarakat internasional," kata negara-negara Barat dalam pernyataan mereka dilansir dari France24, Jumat, 25 Maret 2022.
Mereka meminta Taliban untuk segera membalikkan keputusan tersebut. Jika tidak, mereka mengancam akan memberikan konsekuensi yang sangat merugikan kelompok itu.
"Jika tidak dibalik, itu akan sangat merusak prospek Afghanistan untuk kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi," sambung pernyataan tersebut.
Baca juga: Menlu Retno Harap Taliban Tinjau Kembali Keputusan Larang Sekolah untuk Perempuan
Penandatangan pernyataan itu terutama termasuk Norwegia, yang menjadi tuan rumah pembicaraan penting antara Taliban dan beberapa diplomat Barat pada Januari.
Pemerintah Norwegia bersikeras menempatkan "tuntutan nyata" pada Taliban. Mereka menegaskan bahwa pembicaraan di Oslo sama sekali bukan legitimasi gerakan tersebut.
Kepala Dewan Pengungsi Norwegia, pada saat itu mengatakan, pencabutan sanski terhadap Taliban adalah langkah penting dalam menyelamatkan nyawa di Afghanistan.
Keputusan Taliban untuk menutup sekolah bagi anak perempuan terjadi setelah pertemuan pejabat senior kelompok itu di Kandahar. Keputusan tersebut memupuskan harapan internasional agar perempuan dan anak perempuan mendapatkan akses ke pendidikan yang layak dan setara.
Indonesia juga menyayangkan keputusan Taliban tersebut.
"Setiap warga negara Afghanistan, laki-laki atau perempuan, memiliki hak yang sama atas pendidikan," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Ia berharap Taliban akan membatalkan keputusan tersebut dan berpegang pada janji awal saat mereka berhasil merebut kembali Afghanistan.