Finlandia dan Swedia mengajukan keanggotaan NATO sebagai tanggapan atas invasi Rusia terhadap Ukraina. Tapi permohonan itu ditolak Turki karena Ankara menilai sejumlah elemen di kedua negara itu mendukung militan Kurdi.
Tidak hanya itu, Finlandia dan Swedia juga disebut telah menerapkan embargo senjata terhadap Turki.
Pekan lalu, Turki mengatakan dokumen yang disampaikan Swedia dan Finlandia masih jauh dari harapan. Turki juga menyampaikan bahwa negosiasi apapun terkait hal itu harus menyelesaikan kekhawatiran Ankara terlebih dahulu.
Berbicara kepada wartawan di Brussel bersama Wakil Menteri Luar Negeri Sedat Onal, juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan bahwa Ankara berharap Swedia segera mengambil langkah terkait aksi militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di negaranya.
Kemajuan dalam pengajuan keanggotaan itu "sekarang tergantung pada arah dan kecepatan kedua negara ini dalam mengambil langkah," kata Kalin, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 21 Juni 2022.
Onal mengatakan bahwa Turki mengharapkan perubahan pendekatan dari Swedia dan Finlandia. Ia menegaskan bahwa Turki membutuhkan "janji mengikat" untuk mengatasi kekhawatirannya.
"Kami tidak dibatasi jadwal apa pun. Kecepatan, ruang lingkup proses ini, tergantung pada cara kedua negara tersebut dan kecepatan mereka dalam memenuhi harapan kami," ucap Onal.
Petri Hakkarainen, penasihat luar negeri dan keamanan presiden Finlandia dan kepala delegasi dalam dialog di Brussel, mengatakan bahwa kedua pihak telah menghasilkan "kemajuan jelas" dalam masalah-masalah tertentu. Tapi butuh waktu untuk mencapai pemahaman tentang hal-hal lain.
Para pemimpin NATO akan melakukan pertemuan di Madrid pada 29-30 Juni. Masuknya suatu negara ke NATO membutuhkan persetujuan semua dari 30 anggota aliansi.
Turki telah menjadi sekutu NATO selama lebih dari 70 tahun dan memiliki tentara terbesar kedua di aliansi tersebut. (Kaylina Ivani)
Baca: NATO Sebut Kekhawatiran Turki atas Finlandia dan Swedia Beralasan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News