Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, dia ‘marah’ atas serangan terbaru Israel di Rafah.
Israel menghadapi kecaman internasional pada Senin setelah serangan udara di kota Rafah di Gaza selatan dilaporkan menewaskan sekitar 35 orang, kebanyakan dari mereka warga sipil, dan setidaknya dua teroris.
Seperti dilansir The JC, Selasa 28 Mei 2024, Presiden Turki Recap Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya akan melakukan segala kemungkinan untuk meminta pertanggungjawaban militer barbar Israel atas serangan mematikan Israel di Rafah pada Minggu malam.
Serangan udara Israel semalam di kota paling selatan Gaza dilaporkan menewaskan sekitar 45 orang, termasuk dua pejabat tinggi Hamas, menurut IDF.
Baca: Pelapor PBB: Serangan Israel di Penampungan Palestina Bakar Orang Hidup-hidup. |
Yassin Rabia, yang memimpin markas besar Hamas di Tepi Barat, dan Khaled Najjar, tokoh senior lainnya di unit tersebut, terbunuh di daerah Tel Sultan di barat laut Rafah.
Rabia bertanggung jawab atas semua operasi militer dari markas besar ini, bertanggung jawab untuk mengoordinasikan berbagai serangan terhadap Israel dan memfasilitasi transfer dana untuk kegiatan teroris. Rabia dikatakan secara pribadi melakukan serangan mematikan pada tahun 2001 dan 2002, yang mengakibatkan kematian tentara Israel.
IDF mengakui bahwa serangan dan kebakaran yang terjadi, yang melanda beberapa tenda dan tempat berlindung di daerah tersebut, telah menimbulkan korban sipil dan sedang melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.
“Kami akan melakukan segala kemungkinan untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang barbar dan pembunuhan yang tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan,” ujar Erdogan.
Kepresidenan Otoritas Palestina menuduh Israel “dengan sengaja menargetkan” tenda-tenda pengungsi, dan mengatakan bahwa “tindakan pembantaian keji yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel ini merupakan tantangan terhadap semua resolusi legitimasi internasional.”
Kementerian Luar Negeri Mesir juga menuduh IDF sengaja menargetkan warga sipil, dan meminta Israel untuk “menerapkan tindakan yang diperintahkan oleh Mahkamah Internasional mengenai penghentian segera operasi militer di Rafah”.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, dia “marah dengan serangan Israel yang telah menewaskan banyak pengungsi di Rafah. Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina. Saya menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera.”
Serangan itu terjadi meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) pada hari Jumat memerintahkan Israel segera menghentikan serangannya terhadap kota tersebut.
Menteri Luar Negeri Irlandia, Micheál Martin, juga mengutuk serangan udara ‘keji’ tersebut selama konferensi pers di Brussels. Pemimpin Fianna Fáil berbicara bersama para menteri luar negeri dari Spanyol dan Norwegia, negara-negara yang telah memutuskan untuk mengakui negara Palestina bersama Irlandia.
Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, menyarankan negara-negara Eropa harus mempertimbangkan mengambil tindakan jika Israel terus mengabaikan perintah pengadilan ICJ. Dia berkata: “Saya pikir saat ini kita harus bersuara, tidak hanya untuk segera melakukan gencatan senjata, tetapi juga untuk mendukung hukum internasional dan piagam PBB,
“Jika Israel terus melanjutkan (serangannya) terhadap pendapat Mahkamah Internasional, maka kami akan mencoba mengambil tindakan yang tepat untuk menegakkan keputusan tersebut,” tegas Albares.
“Masalah ini akan diangkat dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa pada hari Senin,” pungkas Albares.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News