Bagi Indonesia, dunia di mana satu-satunya pilihan adalah ‘kita melawan mereka’ sangat bertentangan dengan semangat kerja sama dan solidaritas yang terkandung dalam Semangat Bandung atau Bandung Spirit.
“Solidaritas global dan tanggung jawab kolektif adalah inti dari Semangat Bandung. Semangat ini membimbing kita melalui Presidensi G20 pada tahun 2022, Kepemimpinan ASEAN pada tahun 2023 dan upaya berkelanjutan untuk menyuarakan aspirasi Global Selatan,” jelas Menlu Retno.
Selama ini, lanjut Menlu Retno, Indonesia membayangkan dunia di mana negara-negara berkolaborasi untuk mengatasi berbagai tantangan bersama, menegakkan hukum internasional dan melindungi hak asasi manusia serta martabat semua orang.
Di Asia Tenggara, ASEAN dengan 650 juta penduduknya telah membuktikan bahwa keberagaman dapat hidup berdampingan dengan stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran.
Indonesia juga terus bekerja dengan ASEAN untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di Myanmar, melalui penerapan Lima Poin Konsensus ASEAN dan untuk memungkinkan pemulangan etnis Rohingya yang aman dan bermartabat.
“Di luar ASEAN, kami juga terus memperdalam keterlibatan di kawasan Pasifik untuk menjadi bagian tak terpisahkan dari arsitektur Indo-Pasifik yang inklusif dan damai, yang didasarkan pada prinsip-prinsip solidaritas, kesetaraan, dan saling menghormati,” ujar Menlu Retno.
Menlu Retno menegaskan bahwa perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan akan selalu menjadi inti dari kebijakan luar negeri Indonesia.
“Indonesia memahami bahwa kepemimpinan global bukanlah sesuatu yang diwariskan atau jatuh dari langit. Kepemimpinan harus diraih melalui usaha kolektif kita,” ungkap Menlu Retno.
Baca juga: Indonesia Ajukan Diri sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB 2029-2030
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News