Pulau Lesbos kerap menjadi titik masuk para imigran gelap yang berhasil menyeberangi laut Mediterania dari negara-negara asal mereka menuju Eropa. Perjalanan berisiko melintasi lautan seperti itu sering menelan banyak korban jiwa.
"Mediterania telah menjadi pemakaman suram tanpa batu nisan," kata Fransiskus, dilansir dari laman France 24.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Selama ini, kita semua hanya melihat ada sedikit kemajuan di dunia terkaitt isu keimigrasian," sambungnya.
Kunjungan Fransiskus ke Lesbos dilakukan satu hari usai dirinya mengkritik Eropa yang terkesan menelantarkan imigran. Menurut Fransiskus, penelantaran seperti itu terjadi akibat "egoisme nasionalis" sejumlah negara Eropa.
"Di Eropa, ada beberapa pihak yang berkukuh bahwa masalah (keimigrasian) ini bukan urusan mereka," tutur Fransiskus, yang menghabiskan waktu sekitar dua jam di kamp Mavrovouni yang menampung hampir 2.000 pencari suaka.
Di hari kedua kunjungannya ke Yunani, ia juga bertemu puluhan anak pencari suaka beserta kerabat mereka yang berdiri di belakang penghalang besi. Fransiskus sempat berhenti sejenak untuk memeluk seorang anak bernama Mustafa.
Para penghuni kamp imigran berkumpul bersama dan menyanyikan lagu serta puji-pujian untuk Fransiskus.
Menurut Fransiskus, isu keimigrasian harus dihadapi dengan serius dan dicari akar permasalahannya. "Jangan sampai para imigran ini yang harus membayar konsekuensi (masalah keimigrasian). Mereka bahkan kerap dijadikan alat untuk propaganda politik," ungkap Fransiskus.
Baca: Turki Selamatkan 29 Pencari Suaka yang Diusir Yunani ke Laut Aegea