Oslo: Indonesia dan Norwegia menjadi jembatan penghubung untuk kerja sama pembangunan internasional melalui penyelenggaraan Development Leaders Conference (DLC) ke-6 bersama Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) dan Center for Global Development (CGD), di Oslo, 24-25 Oktober 2023.
Pertemuan tersebut menjadi wadah diskusi pemersatu antara negara anggota DAC (Developments Assistance Countries) yang sebagian besar negara maju dengan negara donor baru (emerging donors) yang sebagian besar negara berkembang.
Kepemimpinan Indonesia dalam pertemuan tersebut menjadi cermin pengakuan internasional atas peran dan kontribusi Indonesia sebagai new emerging donor. Indonesia tidak lagi menjadi hanya menjadi negara penerima, namun juga menjadi negara yang dapat mendukung pembangunan internasional dengan menekankan kesimbangan dan membangun kepercayaan.
“Kesetaraan dalam kemitraan, saling menguntungkan, dan dialog untuk membangun rasa percaya adalah kunci untuk memajukan kerja sama pembangunan global,” ucap Direktur Jenderal Siti Nugraha Maulidiah dalam sambutannya sebagai co-host, dalam keterangan KBRI Oslo, yang diterima Medcom.id, Jumat 27 Oktober 2023.
DLC menjadi forum pembahasan kolektif aktor pembangunan internasional merespon tantangan global. DLC dihadiri perwakilan badan kerja sama pembangunan (traditional and emerging donors), lembaga pendanaan internasional, organisasi internasional, NGOs, dan think tank. Juga hadir dalam pertemuan tersebut adalah Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah.
Indonesia dan Norwegia memiliki posisi unik dalam memberikan kepemimpinan untuk dialog antar negara donor. Norwegia sebagai anggota DAC memberikan perspektif negara donor tradisional sementara Indonesia sebagai negara donor baru dapat membawa pandangan negara berkembang dan negara penerima donor dalam menjalin kerja sama pembangunan yang seimbang.
Dalam dua hari pertemuan, telah dibahas antara lain, pertama, peningkatan beban bagi negara berkembang untuk pembayaran bunga utang yang melemahkan pembiayaan pembangunan; kedua, pergeseran trend penyaluran official development assistance (ODA), dari program pengentasan kemiskinan ke isu perubahan iklim; ketiga, dialog donor dan penerima bantuan membangun kepercayaan; dan keempat pentingnya kesetaraan kemitraan (equal footing) guna meningkatkan ownership dari negara penerima bantuan.
Sebagai co-host yang merepresentasikan new emerging donors dan Global South, Indonesia menyoroti pentingnya intensifikasi dialog konstruktif antar negara, penguatan kemitraan global, serta perlunya inovasi pendanaan pembangunan.
Indonesia juga memandang perlunya penguatan partisipasi emerging donors serta negara berkembang penerima hibah untuk memberikan perspektif yang berimbang.
Pertemuan tersebut menjadi wadah diskusi pemersatu antara negara anggota DAC (Developments Assistance Countries) yang sebagian besar negara maju dengan negara donor baru (emerging donors) yang sebagian besar negara berkembang.
Kepemimpinan Indonesia dalam pertemuan tersebut menjadi cermin pengakuan internasional atas peran dan kontribusi Indonesia sebagai new emerging donor. Indonesia tidak lagi menjadi hanya menjadi negara penerima, namun juga menjadi negara yang dapat mendukung pembangunan internasional dengan menekankan kesimbangan dan membangun kepercayaan.
“Kesetaraan dalam kemitraan, saling menguntungkan, dan dialog untuk membangun rasa percaya adalah kunci untuk memajukan kerja sama pembangunan global,” ucap Direktur Jenderal Siti Nugraha Maulidiah dalam sambutannya sebagai co-host, dalam keterangan KBRI Oslo, yang diterima Medcom.id, Jumat 27 Oktober 2023.
DLC menjadi forum pembahasan kolektif aktor pembangunan internasional merespon tantangan global. DLC dihadiri perwakilan badan kerja sama pembangunan (traditional and emerging donors), lembaga pendanaan internasional, organisasi internasional, NGOs, dan think tank. Juga hadir dalam pertemuan tersebut adalah Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah.
Indonesia dan Norwegia memiliki posisi unik dalam memberikan kepemimpinan untuk dialog antar negara donor. Norwegia sebagai anggota DAC memberikan perspektif negara donor tradisional sementara Indonesia sebagai negara donor baru dapat membawa pandangan negara berkembang dan negara penerima donor dalam menjalin kerja sama pembangunan yang seimbang.
Dalam dua hari pertemuan, telah dibahas antara lain, pertama, peningkatan beban bagi negara berkembang untuk pembayaran bunga utang yang melemahkan pembiayaan pembangunan; kedua, pergeseran trend penyaluran official development assistance (ODA), dari program pengentasan kemiskinan ke isu perubahan iklim; ketiga, dialog donor dan penerima bantuan membangun kepercayaan; dan keempat pentingnya kesetaraan kemitraan (equal footing) guna meningkatkan ownership dari negara penerima bantuan.
Sebagai co-host yang merepresentasikan new emerging donors dan Global South, Indonesia menyoroti pentingnya intensifikasi dialog konstruktif antar negara, penguatan kemitraan global, serta perlunya inovasi pendanaan pembangunan.
Indonesia juga memandang perlunya penguatan partisipasi emerging donors serta negara berkembang penerima hibah untuk memberikan perspektif yang berimbang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News