Menurut Eric Carter dari Kepolisian Chicago, peristiwa bermula saat sekelompok orang di sebuah kendaraan "menembaki para peziarah di sebuah area pemakaman."
"Saat itu, beberapa peziarah balik melepaskan tembakan," ujar Carter, dilansir dari laman Telegraph, Rabu 22 Juli 2020.
Penembakan secara mengejutkan menjadi peristiwa yang hampir normal sepanjang musim panas tahun ini di AS. Menurut laporan media lokal, total 63 orang terkena tembakan dan 12 tewas sepanjang akhir pekan kemarin di Chicago.
Carter mengatakan 14 orang terluka dalam penembakan di dekat area pemakaman, namun tidak menyebutkan tingkat keparahan luka mereka.
Sementara itu, ancaman Trump mengirim lebih banyak agen federal merupakan responsnya terhadap gelombang protes anti-rasisme dan kebrutalan polisi. Demonstrasi semacam itu meletus di banyak kota di AS menyusul tewasnya pria kulit hitam bernama George Floyd pada Juni lalu.
Trump, presiden dari Partai Republik, menyebut New York, Chicago, Philadelphia, Detroit, Baltimore, dan Oakland, sebagai "kota-kota Demokrat." Selama ini Trump menuding sejumlah wali kota atau gubernur AS tidak becus dalam menangani gelombang unjuk rasa.
"Kami akan mengirim aparat penegak hukum," kata Trump kepada awak media di Gedung Putih. "Kami tidak dapat membiarkan ini terus terjadi di banyak kota," sambungnya.
Pekan kemarin, pasukan federal menangani aksi protes rasisme sistem dan kebrutalan polisi di Portland. Mereka menggunakan gas air mata dan menangkap sejumlah aktivis tanpa penjelasan apapun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
