Agustus tahun lalu, pemerintahan AS membekukan aset milik bank sentral Afghanistan, Da Afghan Bank atau DAB. Pembekuan bertujuan agar kelompok Taliban yang menguasai kembali Afghanistan tidak dapat mengakses dana tersebut.
"Perilisan dana ini merupakan bagian dari upaya kami dalam mengatasi krisis kemanusiaan dan ekonomi di Afghanistan," sebut Biden, dikutip dari Dawn, Sabtu, 12 Februari 2022
"Uang ini akan dimanfaatkan untuk masyarakat Afghanistan," sambungnya.
Banyak warga AS yang menjadi korban serangan teroris 9/11 menggugat Taliban dan mengejar aset DAB melalui pengadilan federal. Pengadilan akan membuat keputusan final terkait gugatan tersebut.
"Meski dana ini akan ditransfer untuk masyarakat Afghanistan, lebih dari USD3,5 miliar aset tersisa DAB akan tetap berada di Amerika Serikat, dan akan menjadi subjek dari litigasi para korban terorisme di AS," tulis perintah eksekutif Biden.
Dalam pernyataan resmi dari Gedung Putih, Biden mengatakan bahwa perintah eksekutif ini dapat "membukakan jalan dalam menyalurkan pendanaan ke rakyat Afghanistan, bukan ke Taliban atau aktor-aktor jahat lainnya."
AS masih menerapkan sejumlah sanksi terhadap Taliban dan jaringan Haqqani, termasuk untuk aktivitas yang membahayakan keselamatan warga AS seperti penyanderaan.
Perintah eksekutif Biden juga membahas mengenai situasi ekonomi terkini di Afghanistan, mengakui bahwa tidak ada solusi mudah untuk menyelesaikannya. Disebutkan bahwa krisis ekonomi di Afghanistan diperburuk pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021.
Bahkan sebelum Taliban kembali berkuasa pun ekonomi Afghanistan sudah berada di ujung tanduk, dengan rata-rata kemiskinan di atas 50 persen.
Baca: Kepala WHO dan Taliban Diskusikan Krisis Kesehatan Afghanistan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News