Meski petahana memperoleh peningkatan dalam survei Pilpres sejak Rusia menginvasi Ukraina, fokus Le Pen untuk mendorong daya beli rakyat miskin cenderung diminati di tengah lonjakan biaya energi dan inflasi.
Dengan jajak pendapat memperlihatkannya meraup lima atau enam persen suara Macron dalam kemungkinan putaran kedua, Le Pen mengatakan ia "tidak pernah begitu dekat dengan kemenangan" dalam Pemilu.
Meski Macron menepis itu sebagai “fiksi politik”, media sayap kiri Liberation pada Kamis, 31 Maret 2022 melaporkan Le Pen "terlihat lebih berbahaya dari sebelumnya".
Le Pen sebelumnya berhasil mencapai putaran kedua pada 2017, namun kalah saing dari Macron dalam debat televisi. Hal itu dicapai setelah bertahun-tahun berupaya memperbaiki citra Partai Front Nasional, partai ayahnya, Jean-Marie. Salah satu upaya yang dilakukannya adalah mengganti nama partai menjadi Barisan Nasional.
Kali ini, beberapa mengira ia akan kesulitan menghadapi kontestasi politik oleh pakar anti imigrasi, Eric Zemmour.
Namun, di saat Zemmour menekankan konspirasinya bahwa orang putih Prancis “digantikan” oleh pendatang dari Timur Tengah dan Afrika, Le Pen melakukan sebaliknya. Teori tersebut dinamakan “Le Great Replacement” yang dikenal luas dalam kalangan sayap kanan.
Profesor Universitas Stanford Cecile Alduy menyebut Le Pen “mengambil keputusan sebaliknya, untuk menormalisasi, memperhalus, memperlancar kata-katanya.”
"Program (Le Pen) tidak berubah sama sekali terkait dasar-dasar Front Nasional seperti imigrasi dan identitas nasional, tetapi dia menggunakan kosakata yang berbeda seputar nilai-nilai Prancis seperti sekularisme dan bahkan feminisme," imbuh Alduy.
Macron membahas tema ini, dengan mengatakan pada Kamis bahwa ada "duo sayap kanan dan saya melawannya" dan meratapi runtuhnya "front republik" tradisional melawan ekstremis.
"Orang-orang telah menormalkannya, memalingkan wajah, mereka mengatakan '(sayap kanan) menjadi lebih baik', jadi kita tidak perlu terkejut untuk melihat Le Pen yang kuat," sebut Macron, menggunakan nama lama partai, Front Nasional, untuk menekankan bahwa ide inti partai tidak berubah.
Baca juga: Prancis Resmi Lanjutkan Presidensi Bergilir Dewan Uni Eropa
Saat dukungan Zemmour tampaknya lesu menjelang putaran pertama pada 10 April, sebuah penelitian yang diterbitkan hari Sabtu oleh Jean-Jaures Foundation menunjukkan bahwa Le Pen berpegang pada pemilih dari kalangan buruh yang mendukungnya pada tahun 2017.
"Suara untuk Barisan Nasional (RN) pada dasarnya terdiri dari pekerja, karyawan, orang-orang yang tidak berada di posisi paling genting (secara ekonomi) tetapi sedikit di atasnya," kata Sylvain Crepon, seorang peneliti spesialisasi sayap kanan di Universitas Tur.
"Meski para pemilih tetap mengkhawatirkan imigrasi dan keamanan, Le Pen yang menitikberatkan lonjakan inflasi membuatnya terlihat lebih serius, menunjukkan bahwa ia memiliki hal-hal lain untuk ditawarkan,” ujar Crepon.
"Pilihan antara kami (Le Pen) dan Macron adalah persaingan antara kekuatan uang yang menguntungkan segelintir orang dan daya beli yang menguntungkan semua orang," kata kandidat sayap kanan itu.
Para menteri dan Macron sendiri dengan bangga menyampaikan penggunaan puluhan miliar uang rakyat untuk meringankan kenaikan harga di pompa bensin, juga tagihan gas dan listrik. Tapi, banyak pemilih masih merasakan kesulitan.
Sementara itu, Le Pen berjanji untuk memangkas pajak bahan bakar sebagai tanggapan terhadap lonjakan harga karena perang Ukraina dan sanksi Rusia.
Di luar langkah ekonomi dan sosial, juru bicaranya, Julien Odoul mengatakan kepada radio RFI bahwa pihaknya memiliki kesempatan bersejarah untuk mewujudkan ide-ide nasional bersama Le Pen.
Itu termasuk mencabut pemberian sosial dari orang asing yang tinggal dan bekerja di Prancis. Menurut RN, ini akan menghemat €9,2 miliar (sekitar Rp146 triliun) per tahun.
"Terakhir kali, Le Pen kalah di putaran kedua ketika Macron membongkar program ekonominya dalam debat TV, dan dia tetap mudah diserang, karena pada intinya programnya tidak berubah," kata Crepon.
Terlebih, hubungan Le Pen dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di masa lalu dapat berpengaruh buruk baginya.
Le Pen dengan cepat menentang serangan itu tetapi masih mendorong posisi “jaga jarak dengan kekuatan hebat”, bukan bergabung dalam solidaritas Barat dalam wawancara akhir minggu dengan Journal Du Dimanche.
"Di Prancis, orang-orang pada umumnya cenderung pro-Ukraina, dalam kemungkinan putaran kedua melawan Macron, itu bisa menghalanginya," pungkas Crepon. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News