Guterres juga menggarisbawahi pentingnya konferensi tersebut, COP27, kepada awak media di New York pada Senin kemarin. Ia mengatakan komitmen bersama negara-negara industri G20 "terlalu sedikit dan dilakukan terlalu terlambat."
"Tindakan negara-negara terkaya dan negara ekonomi berkembang relatif tidak berjalan beriringan. Kita sedang berada dalam perjuangan hidup mati demi keselamatan kita sendiri hari ini dan kelangsungan hidup kita esok hari," ujar Guterres, seperti dikutip dari laman UPI pada Selasa, 4 Oktober 2022.
"Sepertiga dari Pakistan terendam banjir. Eropa dilanda musim panas terpanas dalam 500 tahun terakhir. Filipina terpukul (badai). Seluruh Kuba mati listrik. Dan di sini, di Amerika Serikat, Badai Ian telah menyampaikan peringatan brutal bahwa tidak ada negara dan ekonomi yang kebal dari krisis iklim."
"Mengenai pertanyaan utama tentang kerugian dan kerusakan, kami tahu banyak orang dan negara sedang menderita saat ini. Mereka membutuhkan keputusan yang bermanfaat sekarang juga."
"Para pemimpin dunia dapat membuktikan melalui kehadiran dan partisipasi aktif mereka bahwa aksi iklim benar-benar menjadi prioritas global utama," tambahnya, meminta negara-negara global untuk menghadiri COP27 di Sharm el-Shaikh.
Komentar Guterres muncul beberapa jam setelah Raja Charles III dari Kerajaan Inggris, yang dikenal sebagai tokoh pendukung isu lingkungan, mengumumkan pada Senin kemarin bahwa dirinya tidak akan hadir COP27. Hal ini ia putuskan setelah berkonsultasi dengan Perdana Menteri Inggris Liz Truss.
Sementara itu, saat Guterres berpendapat bahwa emisi gas karbon berada pada titik tertinggi dan terus meningkat, ia mendesak negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 2 derajat Celcius atau bahkan memenuhi target 1,5 derajat.
Ia menyalahkan perang Rusia di Ukraina karena membuat isu iklim menjadi terkesan tidak penting. Guterres menyebut COP27 sebagai 'ujian nomor satu' tentang seberapa serius negara-negara dunia dalam menangani dampak perubahan iklim.
Guterres juga menyerukan agar negara-negara maju mengklarifikasi janji mereka sebesar USD100 miliar USD untuk mendukung aksi iklim di negara-negara berkembang.
"Setiap pemerintah, setiap bisnis, setiap investor, setiap institusi harus melangkah dengan aksi iklim nyata demi mencapai net zero. Tidak ada waktu untuk saling menyalahkan. Ini saatnya untuk melakukan kompromi tingkat kuantum antara negara maju dan berkembang. Dunia tidak bisa menunggu lagi," pungkasnya. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Baca: Nah Lho! Gegara Pemanasan Global, Negara Kaya Bakal Banyak Tekanan di COP27
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News